Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita di Balik Jasa "Santo Suruh" yang Mau Disuruh Apa Saja, dari Jemput Anak Main juga Kubur Ari-ari

Kompas.com - 21/05/2024, 14:00 WIB
Diva Lufiana Putri,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Di tengah kehidupan urban, lahir pelayanan jasa yang cukup unik, yaitu Santo Suruh.

Jasa Santo Suruh ramai menuai perhatian pengguna media sosial karena dinilai bak angin segar di tengah "kemalasan".

Susanto (30), sosok di balik Santo Suruh, memutuskan untuk membuka jasa yang memungkinkannya melakukan pekerjaan apa pun yang diminta.

"Tergantung kerjaan, random, kesusahan ibu-ibu apa, apa yang dibutuhkan kami bantu," ujar Susanto, saat dihubungi Kompas.com, Selasa (21/5/2024).

Pria asal Pondok Gede, Kota Bekasi, Jawa Barat itu mengaku tak ambil pusing dengan pekerjaan suruhan yang tengah digeluti, asal mampu mendulang pundi-pundi rupiah dengan halal.

"Selagi halal dan mau bekerja keras (tidak apa-apa), kerjaan itu kan banyak kalau kita tidak gengsi, tidak jijik, kadang orang kan pilih-pilih," ungkapnya.

Baca juga: Resep Mi Instan, Teh, dan Kopi ala Mas Danang yang Viral di Media Sosial Twitter


Bermula dari antar galon dengan bayaran Rp 500

Mundur sekitar tujuh tahun lalu, pada 2017, Susanto hanyalah seorang tukang antar galon dengan bayaran Rp 500 per galon.

Namun, pengalaman mengantar galon justru membuat Susanto memiliki banyak relasi, termasuk dari konsumen galon yang akhirnya mengenalnya dekat.

Dari sana, mulai banyak orang meminta tolong untuk mengerjakan sesuatu, yang menjadi cikal bakal pembukaan jasa Santo Suruh pada 2019.

Susanto mengatakan, jasa layanan suruhan miliknya sebenarnya tak asal terlintas maupun diperoleh begitu saja.

Bukan hanya mengantarkan galon atau makanan, dia menginginkan satu kata benda yang sekiranya mampu mencakup semua pekerjaan.

"Akhirnya saya kepikiran, kenapa tidak buka jasa suruhan. Kata 'suruhan' saya bungkus dengan kata 'jasa'. Pas saya buka ternyata responsnya banyak yang bagus," terangnya.

Jasa suruhannya pun mulai berkembang saat pandemi Covid-19, lantaran banyak orang meminta dibelikan obat dan makanan di tengah pembatasan sosial.

"Apalagi waktu itu pas Covid-19, di situ juga saya liat peluang dan akhirnya sampai sekarang berjalan," kata dia.

Baca juga: Mahasiswi Undip Buka Jasa Cuci Piring Gratis untuk Redakan Stres, Psikolog: Bentuk Coping Mechanism

Santo Suruh tidak selalu berjalan mulus

Melihat respons pasar yang bagus, perlahan Susanto mulai mengajak teman-temannya untuk bergabung dengan jasa suruhan.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com