KOMPAS.com - Anggota parlemen Taiwan dari partai berkuasa dan oposisi saling dorong dan pukul karena perselisihan sengit pada Jumat (17/5/2024).
Insiden tersebut terjadi saat parlemen membahas rancangan undang-undang (RUU) yang kontroversial, dikutip dari Reuters.
RUU tersebut meliputi amandemen yang akan memberikan kekuasaan tambahan kepada Dewan Legislatif, serta kriminalisasi pejabat yang dianggap membuat pernyataan palsu di parlemen.
Partai Progresif Demokratik (DPP) yang bertindak sebagai partai pro-pemerintah mengatakan bahwa partai oposisi, Kuomintang (KMT) dan Partai Rakyat Taiwan (TPP) secara tidak pantas mencoba memaksakan usulan tersebut tanpa melalui proses musyawarah.
Baca juga: Gagal ke Parlemen meski Suara Tertinggi di Dapil, Grace Natalie Disebut Bisa Maju Pilgub DKI Jakarta
Dalam video yang tersebar di dunia maya, seorang anggota parlemen terlihat mengamankan dokumen RUU tersebut saat terjadi perselisihan.
Akibat insiden itu, sejumlah anggota parlemen dilaporkan mengalami memar dan luka ringan.
Ternyata, kericuhan serupa juga pernah terjadi di Parlemen Indonesia 10 tahun yang lalu. Bagaimana kisahnya?
Baca juga: Alasan Komisi X soal Anggota DPR Dapat Kuota KIP Kuliah
Kericuhan di parlemen pernah terjadi di Indonesia pada Oktober 2014 saat sidang paripurna perdana.
Sidang tersebut dipimpin oleh anggota tertua DPR saat itu, Popong Otje Djunjujnan atau disapa Ceu Popong dan anggota termuda DPR saat itu, Ade Rezky Pratama dan membahas mengenai penetapan Pimpinan DPR periode 2014-2019.
Saat itu, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Demokrat mengusulkan agar pemilihan Pimpinan DPR ditunda dan disetujui oleh partai yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Hebat (KIH), seperti PDI-P, PKB, Hanura, dan Nasdem.
Namun, empat partai lainnya, yaitu Gerindra, PKS, PAN, dan Golkar meminta pemilihan dilakukan sesuai jadwal, yaitu pada Rabu (1/10/2014).
Kerusuhan tersebut berlangsung hingga petang dan diwarnai dengan aksi walk out, skors beberapa kali, hingga palu Ceu Popong hilang, dikutip dari Kompas.com, Senin (30/9/2019).
Aksi walk out dilakukan karena KIH merasa kecewa usai proses rapat yang tidak demokratis, menguntungkan kelompok tertentu, dan usulan yang tidak diakomodasi.
Baca juga: 5 Tahun Menjabat, Sekian Uang Pensiun Seumur Hidup Anggota DPR RI
Akibat suasana yang mulai rusuh, skorsing dilakukan sebanyak tiga kali. Pada skorsing ketiga, beberapa anggota Dewan memanfaatkannya untuk tidur.
Meskipun terjadi kericuhan, ada insiden lucu ketika palu dari Ceu Popong hilang saat akan mengesahkan keputusan sidang.
Cuplikan video saat Ceu Popong mencari palu pimpinan yang hilang tersebut sempat ramai dibicarakan oleh warganet.
"Mana paluna eweuh (Ke mana palunya tidak ada)," ungkap Ceu Popong dalam video yang beredar saat itu.
Insiden hilangnya palu tersebut membuat warganet membuat tagar #SaveCeuPopong dan menjadi terpopuler di Twitter (saat ini X).
(Sumber: Kompas.com/Irawan Sapto Adhi, Rosiana Haryanti | Editor: Irawan Sapto Adhi, Inggried Dwi Wedhaswary)
Baca juga: Resmi, Ini Daftar Parpol yang Lolos dan Gagal Masuk DPR
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.