KOMPAS.com - Ilmuwan memperingatkan bahwa sejumlah gangguan yang menyerang otak bisa menjadi lebih buruk seiring meningkatnya perubahan iklim ekstrem.
Hal itu disampaikan oleh profesor neurologi Sanjay Sisodiya dan profesor ilmu pengetahuan Mark Maslin dari University College London, Inggris.
Menurut tinjauan kedua profesor itu, perubahan iklim dapat memperparah penyakit otak seperti stroke, migrain, epilepsi, meningitis, multiple sclerosis, skizofrenia, alzheimer, dan parkinson.
Sisodiya dan Maslin menilai, otak manusia bertanggung jawab untuk mengelola tantangan lingkungan yang dihadapi, terutama pada suhu dan kelembapan.
Misalnya, otak memicu keringat dan menyuruh seseorang menjauh dari sinar Matahari dan mencari tempat teduh.
“Masing-masing dari miliaran neuron di otak kita seperti komputer yang belajar dan beradaptasi, dengan banyak komponen yang aktif secara elektrik,” terang mereka, dikutip dari ScienceAlert, Jumat (17/5/2024)
“Banyak dari komponen ini bekerja pada tingkat yang berbeda tergantung pada suhu lingkungan, dan dirancang untuk bekerja sama dalam kisaran suhu yang sempit,” sambungnya.
Baca juga: Kurangi Dampak Perubahan Iklim, Pesawat di Inggris Pakai Bahan Bakar Tinja
Tubuh manusia dan seluruh komponennya, akan bekerja dengan baik dalam batas-batas tertentu yang telah diadaptasi selama ribuan tahun.
Keduanya mengungkapkan, manusia berevolusi di Afrika dan umumnya merasa nyaman di suhu antara 20-26 derajat Celsius dan kelembapan udara 20-80 persen.
“Faktanya, banyak komponen otak bekerja mendekati kisaran suhu tertinggi, yang berarti bahwa peningkatan kecil pada suhu atau kelembapan dapat berarti komponen-komponen tersebut berhenti bekerja sama dengan baik,” ungkapnya.
Ketika kondisi lingkungan suhu dan kelembapan itu berubah dengan cepat ke kisaran yang tidak biasa, otak manusia kesulitan untuk mengaturnya dan mulai mengalami kegagalan fungsi.
Keduanya menjelaskan, beberapa penyakit sudah dapat mengganggu keringat, komponen penting yang menjaga kesejukan atau kesadaran manusia akan cuaca panas ekstrem.
“Beberapa obat yang digunakan untuk mengobati kondisi neurologis dan kejiwaan semakin memperumit masalah dengan mengorbankan kemampuan tubuh untuk bereaksi, (sehingga) mengurangi keringat atau mengganggu mesin pengatur suhu di otak kita,” jelas mereka.
Baca juga: Spesies Manusia Hampir Punah akibat Perubahan Iklim Ekstrem 900.000 Tahun Lalu
Gelombang panas juga dapat menyebabkan saraf yang rusak di otak bekerja kurang baik. Oleh karena itu, gejala penderita multiple sclerosis bisa menjadi lebih buruk saat cuaca panas.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya