Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gunung Berapi di Antarktika Memuntahkan Debu Emas, Senilai Rp 97 Juta dalam Sehari

Kompas.com - 13/04/2024, 10:30 WIB
Aditya Priyatna Darmawan,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Gunung berapi yang ada di Benua Antarktika bernama Erebus memuntahkan debu emas ke udara.

Salah satu gunung berapi teraktif di Antarktika ini diketahui memiliki ketinggian puncak 3.794 meter di atas permukaan laut (MDPL).

Dikutip dari IFLScience, Gunung Erebus adalah gunung berapi aktif tertinggi di Antarktika dan bahkan merupakan gunung berapi aktif paling selatan Bumi.

Diketahui, terdapat 138 gunung berapi di antarktika dengan 8 hingga 9 gunungnya masih dianggap aktif.

Banyaknya gunung berapi tersebut menandakan bahwa Benua Antarktika adalah negeri es sekaligus api.

Para ilmuwan menemukan, semburan dari gunung yang berada di Pulau Ross, Antarktika ini kaya akan kristal kecil emas metalik.

Mereka telah mendeteksi jejak emas di udara sejauh 1.000 kilometer dari Gunung Erebus.

Baca juga: Peneliti Ungkap Cara Manusia Purba Bertahan Usai Letusan Gunung Toba

Memiliki kimia magma tidak biasa

Kristal kecil emas metalik yang disemburkan oleh Erebus memiliki ukuran tidak lebih dari 20 mikrometer.

Dalam satu hari, diperkirakan gunung berapi ini memuntahkan sekitar 80 gram emas yang bernilai sekitar 6.000 dollar Amerika Serikat atau sekitar Rp 96,7 juta.

Ahli vulkanologi dari Universitas Oxford, Tamsin Mather mengatakan bahwa Gunung Erebus memiliki kimia magma yang tidak biasa.

"Gunung ini memompa gas 24 jam sehari, 7 hari seminggu," ujarnya dilansir dari Metro.

"Gunung ini merupakan salah satu dari sedikit gunung yang memiliki danau lava aktif yang terus berdenyut di dalam kawahnya, dan hal ini membuatnya menjadi lokasi yang luar biasa," lanjutnya.

Terkadang, kata dia, bom lava panas yang membara juga menyembur dari danau lava aktif tersebut.

Meski begitu, ia menekankan bahwa emas yang keluar adalah spesifikasi kecil, hanya senyawa kimia, bukan bongkahan emas.

Ia menjelaskan, Gunung Erebus juga mengeluarkan kristal atau partikel kecil logam lainnya,  seperti tembaga.

Baca juga: Sempat Tak Terdeteksi Radar, Ilmuwan Temukan Gunung Api Setinggi 9 Kilometer di Planet Mars

Terkenal karena kecelakaan pesawat

Gunung Erebus yang terhitung sangat terpencil ini terkenal karena kecelakaan pesawat pada 28 November 1979.

Saat itu Air New Zealand dengan nomor penerbangan 901 untuk tujuan perjalanan wisata menabrak Gunung Erebus.

Sebanyak 237 penumpang dan 20 awak di dalam pesawat yang berangkat dari Auckland, Selandia Baru meninggal dunia.

Hingga saat ini, sebagian besar puing-puing pesawat tersebut masih berada di lokasi kejadian.

Baca juga: Ilmuwan Temukan Gunung Bawah Laut, Tingginya Tiga Kali Burj Khalifa

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

Tren
Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Tren
Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Tren
Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Tren
Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Tren
Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Tren
Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Tren
Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Tren
Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Tren
La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

Tren
Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Tren
Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Tren
Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Tren
Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Tren
Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com