Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Adakah Pemilu yang Jurdil?

Kompas.com - 05/04/2024, 21:20 WIB
Jaya Suprana,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

SETELAH menyimak hasil pemilu yang pernah diselenggarakan di persada Indonesia, dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada hasil pemilu yang dapat diterima secara sempurna dan paripurna ikhlas dan legowo oleh segenap pihak.

Niscaya ada pihak yang merasa tidak puas terhadap hasil pemilu, termasuk yang diselenggarakan pada 2024. Terbukti banyak pihak turun ke jalan untuk unjuk rasa tidak puas terhadap hasil pemilu.

Bahkan ada yang menggugat hasil pemilu ke lembaga yudikatif tertinggi di negeri kita, yaitu Mahkamah Konstitusi, maupun ke lembaga legislatif tertinggi, yaitu DPR yang sebenarnya lebih layak disebut sebagai DPP sebagai akronim Dewan Perwakilan Parpol.

Segenap indikasi beraroma kurang sedap itu memicu pertanyaan mendasar, yaitu adakah pemilu yang jurdil alias jujur dan adil.

Pertanyaan adakah pemilu yang judul pada hakikatnya setara sulit dijawab dengan pertanyaan adakah vonis hakim yang adil.

Pada kenyataan memang lazimnya vonis hakim dianggap adil hanya terbatas oleh pihak yang merasa diuntungkan sambil niscaya dianggap tidak adil oleh pihak yang merasa dirugikan.

Secara kearifan falsafahiah dapat disepakati bahwa pada hakikatnya rasa kecewa adalah nisbi akibat lebih subyektif ketimbang obyektif melekat pada situasi-kondisi yang hadir pada apa yang disebut sebagai idealisme dalam bentuk harapan.

Selama ada harapan, maka ada risiko kecewa terutama apabila sang harapan tidak terwujud menjadi kenyataan.

Menurut pemahaman Buddhisme kemelekatan justru merupakan sumber utama penderitaan berupa perasaan tidak bahagia termasuk perasaan kecewa, tidak puas dan sejenisnya.

Manusia yang merasa bahagia adalah yang mampu melepaskan diri dari segenap kemelekatan pada apapun yang tergolong keduniawian.

Kembali ke tema pertanyaan adakah pemilu yang jurdil, pada hakikatnya dapat disimpulkan bahwa akibat manusia mustahil sempurna, maka selama pemilu diselenggarakan oleh manusia, maka dapat dipertanyakan tentang apakah sebenarnya absurd untuk mengharapkan ada pemilu yang sempurna jurdil.

Selama manusia masih mustahil sempurna dan pemilu masih diselenggarakan oleh manusia yang mustahil sempurna, maka serta merta dengan sendirinya mustahil ada kemanusiaan yang adil dan beradab, mustahil ada keputusan hakim yang sempurna adil, mustahil ada pemilu yang sempurna jujur dan adil.

Sampai di sini, pembicaraan potensial memicu kesan bahwa idealisme merupakan kemustahilan yang absurd bersuasana konyol seperti katak merindukan rembulan.

Mungkin kesan ini benar, namun sekaligus mungkin juga keliru karena rawan menyesatkan umat manusia ke sikap pesimistis, bahkan nihilis plus fatalis.

Secara kelirumologis dapat diyakini bahwa kesadaran manusia mustahil sempurna justru merupakan energi yang menggerakkan mekanisme semesta peradaban di mana kesadaran manusia bahwa dirinya mustahil sempurna justru merupakan cambuk semangat akhlak untuk senantiasa berkelanjutan terus menerus gigih berjuang bukan menjauhi, namun malah mendekati kesempurnaan selama hayat masih dikandung badan.

Maka atas kecurigaan bahwa tidak ada pemilu yang benar-benar jurdil, justru bangsa Indonesia wajib terus gigih berjuang berkelanjutan tanpa henti untuk rawe rawe rantas malang malang putung maju tak gentar menyelenggarakan pemilu yang lebih jujur dan lebih adil ketimbang pemilu yang sudah berlalu. MERDEKA!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

Tren
Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Tren
Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Tren
Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Tren
Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Tren
Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Tren
Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Tren
Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Tren
Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Tren
La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

Tren
Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Tren
Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Tren
Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Tren
Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Tren
Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com