Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penjelasan BMKG soal Puting Beliung Terjang Rancaekek dan Jatinangor, Jawa Barat

Kompas.com - 22/02/2024, 09:45 WIB
Yefta Christopherus Asia Sanjaya,
Ahmad Naufal Dzulfaroh

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hujan deras disertai angin puting beliung menerjang Kecamatan Rancaekek dan Cicalengka, Kabupaten Bandung, serta Kecamatan Jatinangor dan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Rabu (21/2/2024) sore.

Akibatnya, beberapa pohon tumbang dan sejumlah atap rumah milik warga mengalami kerusakan.

Tak hanya itu, dahsyatnya puting beliung yang terekam kamera warga juga memporak-porandakan pabrik tekstil PT Kahatex yang berada di perbatasan Jatinangor dan Cimanggung.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sumedang Atang Sutarno menyampaikan, puting beliung mulai tampak di Dusun Cikeruh RT 02/09, Desa Cikeruh, Jatinangor.

"Dari informasi yang kami himpun, angin puting beliung terjadi saat hujan dan mulai terlihat di wilayah Cikeruh," katanya kepada Kompas.com, Rabu.

Baca juga: Februari Akan Berakhir, Kapan Indonesia Masuk Musim Kemarau?

Penjelasan BMKG

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Staklim Jawa Barat Rakhmat Prasetia mengatakan, peristiwa tersebut terjadi pukul 15.30 WIB-16.00 WIB.

Pada saat kejadian, curah hujan di Bandung tercatat sebesar 12,0 mm/jam, namun di Sumedang tidak terjadi hujan.

Data yang diperoleh BMKG di Jatinangor menunjukkan, kecepatan angin di Sumedang mencapai 36,8 km/jam pukul 15.50 WIB.

Menurutnya, citra radar memperlihatkan, terpantau awan di wilayah Kota Bandung bagian timur pukul 15.20 WIB.

Awan kemudian menguat dan meluas ke wilayah perbatasan Kota Bandung, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Sumedang pukul 15.30 WIB.

"Kemudian pada pukul 15.40 WIB, nilai reflektivitas awan di wilayah Jatinangor menurun yaitu 55-60 dBz. Pada pukul 15.50 WIB awan kembali meluas ke bagian Tenggara dan barat laut dengan penurunan reflektivitas radar," kata Rakhmat kepada Kompas.com, Kamis (22/2/2024).

"Kondisi ini mengindikasikan adanya potensi hujan sangat lebat dengan disertai kilat atau petir dan angin kencang," tambahnya.

Baca juga: Warganet Sebut Hujan Sering Terjadi pada Malam Hari, BMKG Beri Penjelasan

Faktor yang memengaruhi pertumbuhan awan

Lebih lanjut, Rakhmat menjelaskan bahwa terdapat beberapa fenomena yang mendukung potensi pertumbuhan awan konvektif dan terjadinya hujan disertai angin kencang di sebagian wilayah Jawa Barat.

Hal tersebut diketahui BMKG Jawa Barat berdasarkan analisis dinamika atmosfer terkini pada Rabu.

Faktor yang dimaksud salah satunya adalah suhu muka laut di sekitar wilayah Indonesia dan di perairan selatan dan utara Jawa Barat yang masih relatif hangat.

Halaman:

Terkini Lainnya

Ikan Kembung, Tuna, dan Salmon, Mana yang Lebih Baik untuk MPASI?

Ikan Kembung, Tuna, dan Salmon, Mana yang Lebih Baik untuk MPASI?

Tren
Sosok Shen Yinhao, Wasit Laga Indonesia Vs Uzbekistan yang Tuai Kontroversi

Sosok Shen Yinhao, Wasit Laga Indonesia Vs Uzbekistan yang Tuai Kontroversi

Tren
Daftar Provinsi yang Menggelar Pemutihan Pajak Kendaran Mei 2024

Daftar Provinsi yang Menggelar Pemutihan Pajak Kendaran Mei 2024

Tren
Jadi Faktor Penentu Kekalahan Indonesia di Semifinal Piala Asia U23, Apa Itu VAR?

Jadi Faktor Penentu Kekalahan Indonesia di Semifinal Piala Asia U23, Apa Itu VAR?

Tren
Kapan Waktu Terbaik Olahraga untuk Menurunkan Berat Badan?

Kapan Waktu Terbaik Olahraga untuk Menurunkan Berat Badan?

Tren
BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 30 April hingga 1 Mei 2024

BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 30 April hingga 1 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Manfaat Air Kelapa Muda Vs Kelapa Tua | Cara Perpanjang STNK jika Pemilik Asli Kendaraan Meninggal Dunia

[POPULER TREN] Manfaat Air Kelapa Muda Vs Kelapa Tua | Cara Perpanjang STNK jika Pemilik Asli Kendaraan Meninggal Dunia

Tren
NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

Tren
Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Tren
Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Tren
Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Tren
Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Tren
Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Tren
Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Tren
Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com