Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Indonesia Bisa Bebas Utang dengan Mencetak Uang Rp 1.000 Triliun?

Kompas.com - 17/01/2024, 07:00 WIB
Yefta Christopherus Asia Sanjaya,
Ahmad Naufal Dzulfaroh

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Media sosial X diramaikan dengan unggahan bernarasi Indonesia bisa bebas utang apabila mencetak uang sebesar Rp 1.000 triliun.

Narasi tersebut diunggah oleh akun @tanya*** pada Senin (15/1/2024) dan sudah ditayangkan sebanyak 122.500 kali.

Pengunggah mengatakan, uang sebesar Rp 1.000 triliun yang dicetak pemerintah, dapat digunakan untuk membangun infrastruktur.

Menurut pengunggah, uang sebanyak itu bisa dialokasikan untuk membangun stadion, bandara dan mal di setiap desa, termasuk sekolah dan rumah sakit.

Lantas, mencetak uang ribuan triliun rupiah bisa menjadi solusi bagi Indonesia agar bebas dari utang?

Baca juga: Daftar Negara dengan Utang Terendah di Dunia, Ada Indonesia?

Tanggapan pakar UGM

Dosen pada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Akhmad Akbar Susamto mengatakan, ada banyak contoh negara yang mencetak uang tambahan dalam sejarahnya.

Langkah tersebut sering kali dilakukan sebagai upaya untuk mengatasi masalah keuangan atau ekonomi yang mendesak.

"Namun, hasil dari kebijakan semacam ini bisa sangat bervariasi, dan sering kali menimbulkan konsekuensi yang signifikan," ujar Akhmad kepada Kompas.com, Selasa (16/1/2024).

Ia menjelaskan, pemerintah bisa saja bekerja sama dengan Bank Indonesia (BI) sebagai bank sentral untuk mencetak tambahan uang sebesar Rp 1.000 triliun agar bisa membiayai program.

Akan tetapi, langkah tersebut justru akan mendatangkan beberapa dampak potensial, baik jangka pendek maupun panjang bagi ekonomi Indonesia.

Baca juga: 25 Negara Paling Korup di Dunia, Indonesia Posisi Berapa?

Berikut beberapa dampak yang ditimbulkan.

1. Potensi mendorong pertumbuhan ekonomi

Akhmad menjelaskan, pada awalnya injeksi likuiditas berupa mencetak uang tambahan dalam jumlah besar mungkin akan membantu penyediaan keperluan publik, termasuk pembangunan infrastruktur, dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

Uang ekstra yang beredar bisa meningkatkan belanja konsumen dan investasi yang pada gilirannya dapat menciptakan lapangan kerja, serta meningkatkan output ekonomi.

2. Berpotensi menyebabkan inflasi

Namun, peningkatan jumlah uang beredar juga bisa berpotensi menyebabkan inflasi.

Selain itu, kebijakan tersebut juga berpeluang menyebabkan kenaikan harga barang dan jasa secara umum.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com