KOMPAS.com - Unggahan warganet yang menyebutkan bahwa tawas dapat digunakan sebagai deodoran ramai di media sosial.
Unggahan tersebut dituliskan oleh beberapa warganet di media sosial X (Twitter).
"Pakai tawas bener” life changing banget. Jadiin ini sebagai pengganti deodorant, no more ketiak basah dan bau. Ga bikin keti item, malah cerahan. Ga bikin baju kuning juga jadi aman untuk sehari-hari. 1 botol cuma 8 ribuan dan tahan 3-4 bulan," tulis pemilik akun @cinna***.
"Tawas dapat digunakan sebagai produk deodoran dan antiperspiran alami untuk melawan bakteri yang memicu bau ketiak dan mengurangi keringat berlebih," tulis pemilik akun @kim***
Lantas, benarkah tawas bisa untuk deodoran dan tidak berbahaya?
Baca juga: Viral, Unggahan soal Iritasi Ketiak karena Tawas dan Belum Sembuh Selama 2 Bulan, Apa Solusinya?
Baca juga: Ramai soal Tawas untuk Deodoran Disebut Picu Kanker, Ini Penjelasan Dokter
Dokter spesialis kulit dan kelamin dari RSUD Prof Dr Margono Soekarjo, Ismiralda Oke Putranti menyampaikan bahwa tawas sebagai deodoran aman digunakan.
Namun demikian, penggunaan tawas harus dalam kadar yang disarankan dan tidak boleh berlebihan.
"Tawas dapat menimbulkan reaksi iritasi pada kulit, bila kadarnya terlalu tinggi," ujarnya kepada Kompas.com, Selasa (5/12/2023).
Baca juga: Benarkah Minyak Kayu Putih Ampuh Mencerahkan Ketiak Gelap?
Untuk alasan tersebut, pada setiap produk perawatan kulit terdapat batasan kadar kandungan, baik itu tawas atau kandungan lainnya.
Tawas sering kali digunakan dalam produk deodoran yang berfungsi mengurangi bau badan dengan mengontrol kuman yang ada di dalam lipatan kulit.
Selain deodoran, produk-produk kosmetik atau perawatan kulit lainnya yang mengandung tawas dalan konsentrasi kecil sering digunakan untuk menjaga kelembaban produk dan mencegah timbulnya kolonisasi bakteri.
Baca juga: Ramai soal Tawas untuk Deodoran Disebut Picu Kanker, Ini Penjelasan Dokter
Ketika seseorang mengalami reaksi iritasi pada penggunaan tawas, umumnya ini akan mereda dengan sendirinya.
Kemudian, kulit akan pulih kembali bila diberikan pengobatan yang tepat.
Ismiralda melanjutkan, bila luka iritasi tersebut tidak membaik, biasanya disebabkan karena tertumpangi infeksi bakteri maupun jamur.