Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ilmuwan Sebut 6 dari 9 Batasan Dilanggar Manusia, Bumi Tak Lagi Layak Huni

Kompas.com - 20/10/2023, 09:00 WIB
Diva Lufiana Putri,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Puluhan ilmuwan memperingatkan bahwa aktivitas manusia telah mendorong Bumi ke zona berbahaya yang mungkin tidak lagi cukup untuk mendukung kehidupan.

Dalam jurnal Science Advances (2023), 29 ilmuwan dari delapan negara menganalisis sembilan "batasan planet" yang harus dipenuhi agar Bumi tetap stabil dan layak huni.

Dikutip dari laman Stockholm Resilience Centre, sembilan batasan planet atau planetary boundaries tersebut mencakup:

  1. Perubahan iklim
  2. Perubahan integritas biosfer (hilangnya keanekaragaman hayati dan kepunahan spesies)
  3. Penipisan lapisan ozon stratosfer
  4. Pengasaman laut
  5. Aliran biogeokimia (siklus fosfor dan nitrogen)
  6. Perubahan sistem lahan (contohnya deforestasi)
  7. Penggunaan air tawar
  8. Muatan aerosol di atmosfer (partikel mikroskopis di atmosfer yang memengaruhi iklim dan organisme hidup)
  9. Pengenalan entitas baru.

Sayangnya, aktivitas manusia telah melampaui tingkat aman di enam batasan tersebut. Kondisi ini pun membuat planet Bumi keluar dari zona yang aman bagi umat manusia.

Baca juga: Hujan Terasa Semakin Jarang, Benarkah karena Pemanasan Global?


Baca juga: Benarkah Cincin Saturnus Akan Menghilang? Berikut Perkiraan Waktunya

Manusia melewati 6 dari 9 batas aman Bumi

Dilansir dari CNN, Rabu (13/9/2023), sembilan batasan atau ambang batas pertama kali ditetapkan dalam sebuah makalah pada 2009.

Poin-poin tersebut bertujuan untuk menetapkan serangkaian batas tertentu mengenai perubahan yang dilakukan manusia terhadap planet Bumi.

Dengan demikian, manusia dapat memulai upaya "penyelamatan", mulai dari menghilangkan polusi penyebab pemanasan global hingga membuka hutan untuk pertanian.

Baca juga: Penjelasan BMKG soal Suhu Panas di Indonesia dalam Beberapa Waktu Terakhir

Jika batasan ini terlampaui, menurut teori, risiko ketidakstabilan kondisi di Bumi akan meningkat secara dramatis.

Kegagalan memenuhi ambang batas juga menandakan Bumi telah bergerak jauh dari kondisi aman dan stabil, seperti yang terjadi sejak akhir zaman es terakhir, sekitar 10.000 tahun lalu (zaman Holosen) hingga awal revolusi industri.

Profesor oseanografi biologi di Copenhagen University, Denmark, Katherine Richardson mengatakan, batasan itu telah dirancang secara konservatif yang memungkinkan masyarakat memecahkan masalah sebelum mencapai "zona berisiko sangat tinggi".

Baca juga: Mengenal The Tale of Genji, Novel Tertua di Dunia

Fenomena cuaca ekstrem musim panas

Dia pun menunjuk fenomena cuaca ekstrem musim panas yang belum pernah terjadi sebelumnya, hingga pemanasan global sebesar 1,2 derajat Celsius saat ini.

"Kami tidak mengira akan seperti ini pada suhu 1 derajat (Celsius). Belum ada manusia yang mengalami kondisi seperti yang kita alami saat ini," kata dia.

Sementara itu, menurut para ilmuwan, tiga dari sembilan batasan agar Bumi menjadi tempat layak huni masih dalam tahap aman.

Baca juga: Lapisan Ozon Berlubang Sebesar Dua Kali Antartika, Apa Dampaknya?

Namun, dua di antara batasan ini hampir melampui, yakni pengasaman laut atau penurunan pH laut selama beberapa dekade, serta jumlah aerosol di atmosfer.

Dikutip dari laman Scientific American, Rabu, batasan berupa penipisan lapisan ozon di Bumi menjadi satu-satunya yang tidak terancam.

Halaman:

Terkini Lainnya

Sederet Fakta Kasus Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Dilakukan di Jalan Desa

Sederet Fakta Kasus Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Dilakukan di Jalan Desa

Tren
Bagaimana Tubuh Bisa Menghasilkan Vitamin D saat Terpapar Sinar Matahari?

Bagaimana Tubuh Bisa Menghasilkan Vitamin D saat Terpapar Sinar Matahari?

Tren
Waspada Cuaca Panas Melanda Indonesia, Ini Tips Menghadapinya

Waspada Cuaca Panas Melanda Indonesia, Ini Tips Menghadapinya

Tren
7 Tanda Kolesterol Tinggi yang Sering Diabaikan, Pegal di Pundak dan Mudah Mengantuk

7 Tanda Kolesterol Tinggi yang Sering Diabaikan, Pegal di Pundak dan Mudah Mengantuk

Tren
BMKG: Beberapa Wilayah Indonesia yang Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 4-5 Mei 2024

BMKG: Beberapa Wilayah Indonesia yang Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 4-5 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Kata Media Asing soal Kekalahan Indonesia dari Irak | Tragedi Runtuhnya Jalan Tol di China

[POPULER TREN] Kata Media Asing soal Kekalahan Indonesia dari Irak | Tragedi Runtuhnya Jalan Tol di China

Tren
Masalah Tiga Tubuh

Masalah Tiga Tubuh

Tren
Jadwal Lengkap Pertandingan Sepak Bola Olimpiade Paris 2024

Jadwal Lengkap Pertandingan Sepak Bola Olimpiade Paris 2024

Tren
Pendaftaran Sekolah Kedinasan STAN, IPDN, dan STIS Dibuka Mei 2024

Pendaftaran Sekolah Kedinasan STAN, IPDN, dan STIS Dibuka Mei 2024

Tren
Pendaftaran Kartu Prakerja Gelombang 67 Resmi Dibuka, Ini Syarat dan Caranya

Pendaftaran Kartu Prakerja Gelombang 67 Resmi Dibuka, Ini Syarat dan Caranya

Tren
Ramai soal Sesar Sumatera Disebut Picu Tsunami pada 2024, BMKG: Hoaks

Ramai soal Sesar Sumatera Disebut Picu Tsunami pada 2024, BMKG: Hoaks

Tren
Warganet Keluhkan Sering Sakit Usai Vaksin AstraZeneca, Epidemiolog: Vaksin Tak Bikin Rentan Sakit

Warganet Keluhkan Sering Sakit Usai Vaksin AstraZeneca, Epidemiolog: Vaksin Tak Bikin Rentan Sakit

Tren
Aturan Batas Usia Masuk TK, SD, SMP, SMA di PPDB 2024, Simak Syaratnya

Aturan Batas Usia Masuk TK, SD, SMP, SMA di PPDB 2024, Simak Syaratnya

Tren
Membedah Kekuatan Guinea U23, Lawan Indonesia di Perebutan Tiket Terakhir ke Olimpiade Paris

Membedah Kekuatan Guinea U23, Lawan Indonesia di Perebutan Tiket Terakhir ke Olimpiade Paris

Tren
Pria 28 Tahun Ditangkap karena Merampok Rp 60 Juta Menggunakan Gunting

Pria 28 Tahun Ditangkap karena Merampok Rp 60 Juta Menggunakan Gunting

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com