Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gelombang PHK Berlanjut, LinkedIn Berhentikan 668 Karyawan

Kompas.com - 18/10/2023, 15:00 WIB
Aulia Zahra Zain,
Farid Firdaus

Tim Redaksi

Kompas.com - LinkedIn melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 668 karyawannya di seluruh tim teknik, talenta, dan keuangan pada Senin (16/10/2023).

Dikutip dari Reuters, Selasa (17/10/2023), pemberhentian 668 karyawan LinkedIn dilakukan pada putaran kedua pemutusan hubungan kerja tahun ini untuk jaringan media sosial bagi para profesional di tengah melambatnya pertumbuhan pendapatan.

“Sementara kami menyesuaikan struktur organisasi dan menyederhanakan pengambilan keputusan, kami terus berinvestasi dalam prioritas strategis untuk masa depan kami dan memastikan kami terus memberikan nilai bagi anggota dan pelanggan kami,” kata LinkedIn dalam keterangannya, Senin.

Pemangkasan tersebut berdampak pada 20.000 staf. Hal ini juga menambah jumlah orang yang kehilangan pekerjaannya di sektor teknologi di tengah ketidakpastian prospek ekonomi.

Menurut perusahaan ketenagakerjaan Challenger, Gray & Christmas, sektor teknologi telah memberhentikan 141.516 karyawan pada paruh pertama tahun ini.

Baca juga: Cara Melamar Kerja via LinkedIn dan Tips agar Berpeluang Diterima

Alasan LinkedIn melakukan PHK

Dilansir dari India Today, Selasa (17/10/2023), menurut laporan pendapatan triwulan Microsoft yang dirilis pada Juli 2023, LinkedIn mengalami pertumbuhan pendapatan yang lamban dengan hanya mengalami peningkatan lima persen pada kuartal kedua.

Hal ini terlepas dari kenyataan bahwa keanggotaannya terus bertambah setiap triwulan selama dua tahun terakhir.

Untuk peningkatan pendapatan, Microsoft telah menyatakan mereka akan fokus pada peningkatan operasinya dan memprioritaskan inisiatif utama.

“Perubahan bakat adalah bagian yang sulit, namun perlu dan rutin dalam mengelola bisnis kami. Perubahan yang kami sampaikan kepada tim kami hari ini akan mengakibatkan pengurangan sekitar 668 peran di tim teknik, produk, talenta, dan keuangan kami,” kata LinkedIn.

Baca juga: Kisah Mat Rona, Driver Lulusan SD, Cari Kerja di LinkedIn Dibantu Ratusan Warganet

PHK terbaru yang dilakukan Microsoft di LinkedIn adalah bagian dari program PHK yang lebih luas di sektor teknologi, ketika perusahaan-perusahaan bergulat dengan melambatnya pertumbuhan pendapatan dan prospek ekonomi yang tidak menentu.

PHK di LinkedIn mewakili tiga persen tenaga kerja perusahaan dan merupakan tambahan dari PHK 10.000 pekerjaan yang diumumkan Microsoft pada Januari dan Juli 2023.

Pertumbuhan pendapatan perusahaan secara keseluruhan telah merosot dalam beberapa bulan terakhir, mendorong CEO Microsoft Satya Nadella untuk menurunkan biaya di seluruh perusahaan dan memprioritaskan pendapatan.

Baca juga: Ramai soal Modus Penipuan Tawarkan Pekerjaan Lewat LinkedIn, Simak Cara Mengatasinya!

Berdampak besar pada tujuan bisnis perusahaan

Eksekutif LinkedIn Mohak Shroff memberi keterangan, pihaknya perlu mengembangkan cara bekerja dan memprioritaskan perusahaan untuk mewujudkan inisiatif utama LinkedIn.

Shroff menjelaskan, LinkedIn telah mengidentifikasi PHK dalam perusahaannya mempunyai dampak yang sangat besar dalam mencapai tujuan bisnis perusahaan.

“Hal ini berarti mengadaptasi struktur organisasi kami untuk meningkatkan kelincahan dan akuntabilitas, membangun kepemilikan yang jelas, dan mendorong peningkatan efisiensi serta transparansi melalui pengurangan pekerja,” ujarnya.

Selain LinkedIn, perusahaan seperti Amazon, Meta, dan Google juga telah mengumumkan PHK karena mereka bersiap menghadapi potensi resesi.

Baca juga: LinkedIn Jadi Trending, Berikut Daftar Platform Digital Lowongan Kerja

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

7 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia, Indonesia di Urutan Kelima

7 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia, Indonesia di Urutan Kelima

Tren
Sejarah Head to Head Indonesia Vs Uzbekistan, 6 Kali Bertemu dan Belum Pernah Menang

Sejarah Head to Head Indonesia Vs Uzbekistan, 6 Kali Bertemu dan Belum Pernah Menang

Tren
Shin Tae-yong, Dulu Jegal Indonesia di Piala Asia, Kini Singkirkan Korea Selatan

Shin Tae-yong, Dulu Jegal Indonesia di Piala Asia, Kini Singkirkan Korea Selatan

Tren
Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Tren
Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Tren
10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

Tren
Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal 'Grammar'

Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal "Grammar"

Tren
Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Tren
Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Tren
Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Tren
Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Tren
Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Tren
Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Tren
Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Tren
BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com