KOMPAS.com - Tanggal 13 Oktober selalu diperingati sebagai No Bra Day sebagai kampanye untuk menyadarkan wanita akan risiko kanker payudara.
No Bra Day dirayakan bersamaan dengan Bulan Kesadaran Kanker Payudara di seluruh dunia.
Awalnya, No Bra Day digagas oleh dokter spesialis bedah plastik asal Kanada, Mitchell Brown, pada 2011.
No Bra Day biasanya dirayakan dengan cara melepas bra yang kerap juga disebut BH atau kutang.
Wanita dapat menanggalkan BH mereka sambil menyadarkan sesama kaum hawa akan pentingnya deteksi dini dan bahaya kanker payudara.
Kementerian Kesehatan mengatakan, kanker payudara adalah jenis kanker yang terjadi ketika sel-sel ganas tumbuh di dalam jaringan payudara.
Lantas, apa itu BH dan bagaimana sejarahnya?
Baca juga: Benarkah Tidur Pakai BH Berbahaya?
Merujuk Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), BH disebut juga kutang atau bustehouder.
Sementara itu, dikutip dari National Geographic, Kamis (3/3/2022), BH adalah pakaian dalam perempuan yang bertujuan menutupi payudara.
BH terdiri dari tiga bagian, yakni mangkuk, tali bahu, dan ban berkerut untuk menyangga payudara.
Dilansir dari laman Massachusetts Institute of Technology (MIT), BH memiliki beberapa fungsi bagi payudara wanita.
BH berguna untuk untuk menutupi, menahan, memperlihatkan, menopang, atau mempertegas payudara wanita.
Baca juga: Dari BH hingga WC, Singkatan Ini Sering Disebut tapi Tak Tahu Artinya
Belum diketahui secara pasti kapan wanita mulai menggunakan BH. Namun, ada beberapa bukti yang menunjukkan wanita pada zaman dahulu sudah mengenal cara menutup payudara mereka.
Dilansir dari National Geographic, sejarawan menemukan referensi tentang pakaian yang menyerupai bra dalam karya-karya Yunani kuno, seperti Iliad karya Homer.
Karya tersebut menggambarkan dewi Aphrodite melepaskan "korset dengan bordir tertentu".