Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ilmuwan Temukan Virus dalam Kotoran Hewan, Bisa Menjadi Obat Antibiotik Baru

Kompas.com - 02/10/2023, 20:30 WIB
Alicia Diahwahyuningtyas,
Farid Firdaus

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ilmuwan di Inggris telah menemukan sebuah virus yang diambil dari kotoran jerapah, lemur, dan mamalia berkumis yang disebut binturong.

Virus ini disebut bisa berguna untuk membunuh bakteri yang resistan terhadap obat dan mencegah resistensi antibiotik lebih lanjut, dilansir dari Live Science, Minggu (1/10/2023).

Para peneliti dari University of Sheffield di Inggris telah berburu virus yang menginfeksi bakteri dan dikenal sebagai bakteriofag.

Bakteri ini terdapat dalam kotoran hewan dari Yorkshire Wildlife Park, pusat konservasi dan rehabilitasi satwa liar di Branton, Inggris.

Taman tersebut menampung sekitar 475 hewan yang mewakili lebih dari 60 spesies sehingga memberikan kesempatan kepada para ilmuwan untuk mencari bakteriofag yang disebut "fag" dalam berbagai kotoran eksotis.

Baca juga: Langka, Jerapah Tanpa Corak Lahir di Kebun Binatang AS, Apa Penyebabnya?


Mengapa menggali fag dalam kotoran hewan?

Ketua mikrobiologi di University of Sheffield dan pemimpin penelitian ini, Graham Stafford mengatakan, ide untuk mencari fag di dalam kotoran hewan muncul ketika ia mengunjungi taman margasatwa bersama keluarganya.

Ketika Stafford menghubungi staf taman mengenai proyek ini, staf tersebut sangat ingin membantu.

Fag adalah bahan utama dalam pengobatan baru untuk infeksi bakteri yang dikenal sebagai terapi fag.

Dalam uji klinis dan kasus-kasus ekstrem di mana pengobatan lain gagal, dokter telah menggunakan fag sebagai alternatif atau suplemen untuk antibiotik tradisional.

Fag biasanya dapat membunuh bakteri penyebab penyakit dengan menyerang sel kuman dan membelahnya dari dalam.

Fag dapat memiliki target yang sangat sempit, sedikitnya satu atau beberapa strain bakteri dalam satu spesies. Ini berarti mereka tidak menekan banyak bakteri untuk menolak pengobatan, seperti halnya dengan antibiotik berspektrum lebih luas.

Baca juga: Mengenal Cara Kerja Probiotik yang Dikenal sebagai Bakteri Baik

Selain itu, fag juga masih mendorong evolusi bakteri. Akan tetapi, kata Stafford, ketika berevolusi untuk menghindari fag, bakteri yang ditargetkan cenderung menjadi lebih rentan terhadap antibiotik tradisional.

Stafford dan rekan-rekannya bertekad untuk menemukan fag baru. Mereka kemudian menemukannya di kotoran hewan.

Penemuan ini sekaligus untuk menambah variasi fag yang dapat digunakan dalam pengobatan.

"Mereka cenderung hanya menargetkan spesies tertentu atau bahkan strain tertentu. Jadi, semakin banyak yang kita miliki, semakin besar kesempatan kita untuk membawa terapi ini ke titik di mana kita dapat mencakup sebanyak mungkin basis," kata Stafford.

Baca juga: Apakah Kotoran Udang Boleh Dimakan? Ini Penjelasan Ahli

Halaman:

Terkini Lainnya

7 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia, Indonesia di Urutan Kelima

7 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia, Indonesia di Urutan Kelima

Tren
Sejarah Head to Head Indonesia Vs Uzbekistan, 6 Kali Bertemu dan Belum Pernah Menang

Sejarah Head to Head Indonesia Vs Uzbekistan, 6 Kali Bertemu dan Belum Pernah Menang

Tren
Shin Tae-yong, Dulu Jegal Indonesia di Piala Asia, Kini Singkirkan Korea Selatan

Shin Tae-yong, Dulu Jegal Indonesia di Piala Asia, Kini Singkirkan Korea Selatan

Tren
Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Tren
Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Tren
10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

Tren
Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal 'Grammar'

Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal "Grammar"

Tren
Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Tren
Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Tren
Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Tren
Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Tren
Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Tren
Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Tren
Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Tren
BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com