Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Arkeolog Temukan Kerangka Manusia Diduga Korban Gempa Bumi Turkiye 2.700 Tahun Lalu

Kompas.com - 09/09/2023, 13:00 WIB
Alicia Diahwahyuningtyas,
Farid Firdaus

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Para arkeolog di Turkiye menemukan kerangka manusia diduga adalah salah seorang elit yang meninggal saat terjadi gempa bumi di wilayah tersebut 2.700 tahun yang lalu.

Kerangka tersebut ditemukan mengenakan perhiasan dan dikelilingi oleh senjata dan artefak, seperti prasasti dua sisi dan segel benda-benda kecil yang digunakan untuk menunjukkan tanda tangan, properti pribadi, kepemilikan, dan otoritas.

Kepala penggalian Ayanis dan profesor di Departemen Arkeologi Universitas Ataturk, Mehmet Isikli mengatakan, orang tersebut kemungkinan menjalani kehidupan yang mewah pada abad ke-8 SM sampai meninggal di dalam benteng dengan barang-barang pribadinya.

Benteng tersebut dibangun di Ayanis, sebuah pusat Urartian di Provinsi Van, Turkiye, tempat kerangka itu ditemukan.

Baca juga: Arkeolog Temukan Galeri Tertua di Bawah Tanah Peru yang Berusia Ribuan Tahun


Gempa bumi meruntuhkan kerajaan 

Kerajaan Zaman Besi Urartu berkuasa dari abad ke-9 hingga ke-6 SM dan membentang dari wilayah yang sekarang disebut Armenia ke Iran barat hingga ke Turkiye timur, tempat Ayanis berada.

Para ahli telah lama berspekulasi bahwa gempa bumi dan kebakaran yang terjadi setelahnya menyebabkan keruntuhan Ayanis.

"Sejak penggalian dimulai di sana pada akhir 1980-an, masih kurangnya bukti yang mendukung skenario gempa bumi yang diusulkan untuk akhir kota tersebut," kata Isikli.

Sehingga, kata Isikli, temuan kerangka ini memberikan bukti penting bagi hipotesis gempa bumi.

Ia sebelumnya telah menggali banyak peninggalan sejarah selama 36 tahun, namun tidak pernah menemukan kerangka manusia.

Penemuan kerangka manusia tersebut adalah temuan pertama kalinya dan termasuk dalam temuan langka di dunia arkeologi, menurut Arkeolojik Haber, Sabtu (9/9/2023).

Baca juga: Arkeolog Temukan Makam Berusia 3.000 Tahun di Peru yang Diduga Milik Seorang Dukun

Cara arkeolog menentukan usia kerangka tersebut

Dilansir dari Live Science, Sabtu (9/9/2023), para arkeolog akan melakukan analisis antropologis pada kerangka tersebut untuk menentukan usia dan jenis kelamin individu.

Selain itu, analisis antropologis ini juga akan digunakan untuk memverifikasi apakah masih ada jejak otak yang tersisa, meskipun ada perdebatan di antara para peneliti mengenai apakah masih ada jaringan lunak yang tersisa.

Seorang profesor di Departemen Sejarah Kuno di Universitas Istanbul, Erkan Konyar memperingatkan jaringan otak biasanya tidak dapat bertahan hidup dalam iklim Van yang mencakup danau Van yang sangat besar dan lebih dari satu mil di atas permukaan laut (1.640 meter).

Sebaliknya, jaringan otak kemungkinan besar hanya dapat bertahan hidup di lingkungan berawa atau glasial.

"Bukti yang pertama kali muncul sebagai jaringan otak sebenarnya adalah jejak yang dibentuk oleh tanah yang mengeras," kata Konyar yang tidak terlibat dalam penemuan ini, tapi telah menggali temuan Urartian lainnya.

Baca juga: Arkeolog Temukan Lukisan Gambar Mirip Pizza Berusia 2.000 Tahun

Halaman:

Terkini Lainnya

Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Tren
Uji Coba Implan Otak Neuralink Pertama untuk Manusia Alami Masalah, Ini Penyebabnya

Uji Coba Implan Otak Neuralink Pertama untuk Manusia Alami Masalah, Ini Penyebabnya

Tren
BPOM Rilis 76 Obat Tradisional Tidak Memenuhi Syarat dan BKO, Ini Daftarnya

BPOM Rilis 76 Obat Tradisional Tidak Memenuhi Syarat dan BKO, Ini Daftarnya

Tren
Update Banjir Sumbar: Korban Meninggal 41 Orang, Akses Jalan Terputus

Update Banjir Sumbar: Korban Meninggal 41 Orang, Akses Jalan Terputus

Tren
Ini Penyebab Banjir Bandang Landa Sumatera Barat, 41 Orang Dilaporkan Meninggal

Ini Penyebab Banjir Bandang Landa Sumatera Barat, 41 Orang Dilaporkan Meninggal

Tren
Gara-gara Mengantuk, Pendaki Gunung Andong Terpeleset dan Masuk Jurang

Gara-gara Mengantuk, Pendaki Gunung Andong Terpeleset dan Masuk Jurang

Tren
Badai Matahari Mei 2024 Jadi yang Terkuat dalam 20 Tahun Terakhir, Apa Saja Dampaknya?

Badai Matahari Mei 2024 Jadi yang Terkuat dalam 20 Tahun Terakhir, Apa Saja Dampaknya?

Tren
5 Temuan Polisi soal Kondisi Bus yang Kecelakaan di Subang, Bekas AKDP hingga Rangka Berubah

5 Temuan Polisi soal Kondisi Bus yang Kecelakaan di Subang, Bekas AKDP hingga Rangka Berubah

Tren
Nilai Tes Online Rekrutmen BUMN Tiba-tiba Turun di Bawah Standar, Ini Kronologinya

Nilai Tes Online Rekrutmen BUMN Tiba-tiba Turun di Bawah Standar, Ini Kronologinya

Tren
Pakai Cobek dan Ulekan Batu Disebut Picu Batu Ginjal, Ini Faktanya

Pakai Cobek dan Ulekan Batu Disebut Picu Batu Ginjal, Ini Faktanya

Tren
7 Pilihan Ikan Tinggi Zat Besi, Hindari Kurang Darah pada Remaja Putri

7 Pilihan Ikan Tinggi Zat Besi, Hindari Kurang Darah pada Remaja Putri

Tren
Pendaftaran CPNS 2024: Link SSCASN, Jadwal, dan Formasinya

Pendaftaran CPNS 2024: Link SSCASN, Jadwal, dan Formasinya

Tren
6 Tanda Tubuh Terlalu Banyak Konsumsi Garam

6 Tanda Tubuh Terlalu Banyak Konsumsi Garam

Tren
BMKG Sebut Badai Matahari Ganggu Jaringan Starlink Milik Elon Musk

BMKG Sebut Badai Matahari Ganggu Jaringan Starlink Milik Elon Musk

Tren
Suhu di Semarang Disebut Lebih Panas dari Biasanya, Ini Penyebabnya Menurut BMKG

Suhu di Semarang Disebut Lebih Panas dari Biasanya, Ini Penyebabnya Menurut BMKG

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com