Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Tradisi "Cit Gwee", Bukan Cuma Rebutan Sembako

Kompas.com - 09/09/2023, 12:00 WIB
Erwina Rachmi Puspapertiwi,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Umat Konghucu memiliki tradisi sembahyang untuk mengingat arwah para leluhur. Dalam peringatan tradisi ini, mereka juga membagikan sedekah berupa sembako bagi warga yang tidak mampu.

Tradisi sembahyang tersebut salah satunya diselenggarakan oleh Kelenteng Tjoe An Kiong, Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah pada Kamis (30/8/2023).

Diberitakan Kompas TV, Senin (4/9/2023), ratusan warga Rembang berebut mengambil sembako dan makanan yang disediakan oleh pengelola kelenteng. 

Baca juga: 7 Tradisi Imlek Populer yang Banyak Dipercayai dan Penuh Makna, Apa Saja?

Pemberian sembako merupakan bagian dari tradisi mendoakan arwah para leluhur yang tidak dikenal sehingga kurang didoakan.

"Tujuan utama dari acara ini adalah kita menyembahyangi makhluk-makhluk yang kurang dirawat oleh keluarganya supaya di sini bisa merasakan nikmatnya makan bersama makanan yang sudah kita sajikan," kata kepala panitia Rudi Hartono.

"Setelah itu, diperebutkan oleh warga di sekitar klenteng yang mungkin kurang mampu supaya bisa merasakan sembako untuk kebutuhan rumah tangga," lanjutnya.

Perlu diketahui, Kelenteng Tjoe An Kiong merupakan salah satu kelenteng tertua di Jawa Tengah yang rutin menggelar ritual ini setiap tahun.

Lantas, apa itu tradisi sembahyang rebutan di klenteng yang dilakukan umat Konghucu?

Baca juga: Sejarah Etnis Tionghoa di Indonesia


Baca juga: Sejarah Kue Keranjang Khas Imlek, dan Makna di Baliknya

Tradisi sembahyang rebutan di kelenteng

Rohaniawan Konghucu Ws Lie Suprijadi mengungkapkan, tradisi sembahyang rebutan di kelenteng disebut sebagai sembahyang Cit Gwee di kalangan umat Konghucu.

Sembahyang Cit Gwee dikenal juga dengan nama Festival Bulan Hantu atau bulan ke-7. Ibadah agama Konghucu ini terlaksana setiap tanggal 15 dari bulan 7 kalender Imlek.

"Sembahyang (Cit Gwee), mendoakan dan menghormati kepada leluhur yang jauh di atas kita," ujarnya kepada Kompas.com, Jumat (8/9/2023).

Lie menjelaskan, sembahyang ini dilakukan untuk mendoakan para leluhur yang hidup di masa lalu namun tidak kita kenal dan tidak diketahui lokasi kuburannya. Contohnya, leluhur dari kalangan keluarga kakek dan nenek.

Baca juga: Alasan Mengapa Imlek Selalu Turun Hujan

Menurut dia, umat Konghucu meyakini keberadaan mereka saat ini berasal dari kakek-nenek leluhur yang sudah meninggal dunia. Meski identitas para leluhur tidak dikenali, umat Konghucu tetap harus menghormati mereka.

"Maka ada penghormatan, di bulan ini, di bulan Cit Gwee, hormat kepada akar leluhur yang tidak Anda ketahui," lanjutnya.

Lie mengatakan, pelaksanaan sembahyang untuk leluhur ini diadakan oleh rumah ibadah Konghucu atau kelenteng.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com