Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Etnomatematika Jepang

Kompas.com - 24/08/2023, 18:27 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

MENYIMAK fakta sejarah bahwa Jepang berhasil mengalahkan Rusia pada Perang Jepang-Rusia 1904-1905 memperebutkan Mancuria dan Korea, maupun berhasil membuat Amerika Serikat kewalahan pada Perang Dunia II setelah membumi-hanguskan Pearl Harbour, dapat disimpulkan bahwa Jepang cukup maju dalam hal sains dan teknolologi.

Mengingat sains dan teknologi mustahil maju tanpa dukungan matematika, maka layak disimpulkan bahwa Jepang juga maju dalam bidang matematika.

Hanya sedikit diketahui tentang matematika Jepang sebelum abad ke 17. Pada awal abad ke 7 bersama dengan arus masuk Buddhisme ke Jepang melalui Korea, ilmu pengetahuan China mulai masuk ke kepulauan Jepang.

Misalnya kitab “10 Klasik Matematika” bersama abakus China diduga mulai diperkenalkan ke masyarakat Jepang pada abad ke 8 karena sebelum akhir abad ke 16 tidak ditemukan buku matematika Jepang.

Hanya buku treatis sistematik tentang matematika yang ditulis oleh Cheng Dawei yang mulai diekspor ke Jepang disusul buku tulisan Yang Hui dan Zhu Shijie dengan judul “Introduksi ke Ilmu Matematika”.

Dari buku-buku asal China yang masuk lewat Korea ke Jepang itu, para cendekiawan Jepang mulai mempelajari algoritma solusi sistem simultaneous linear ekuasi untuk mencari akar ekuasi metoda matematikal China yang digunakan pada abad ke 13 di samping aplikasi metoda selestial yang tidak diketahui sebagai sukma dasar aljabar.

Pada 1671, Sawaguchi Kazuyuki menulis kitab “Kokon Sanpoki” (Matematika Kuno dan Baru) menampilkan contoh-contoh problem kelirumologis yang memiliki lebih dari satu solusi sehingga tanpa jawaban yang jelas dan tegas.

Baru pada 1674, Seki Takazaku yang kini dianggap sebagai pelopor Wazan alias tradisi Matematika Jepang secara terbuka mempublikasikan jawaban-jawaban tegas dan jelas sebagai solusi akurat terhadap problem-problem bergaya matematika rekreasional yang diwariskan oleh Kazuyuki.

Sebelum Seki, memang matematika sempat dipandang dengan sebelah mata sekadar hiburan bagi warga kurang kerjaan di Jepang.

Kemudian setelah era Tokugawa yang membawa para generasi muda Jepang untuk belajar dari peradaban Eropa berakhir, matematika berkembang secara luar biasa pesat sehingga mampu nyata mendukung derap laju kemajuan riset, sains dan teknologi berjaya membawa Jepang menjadi satu di antara negara industri termaju di planet bumi masa kini.

Jepang melahirkan para mahamatematikawan kaliber superlatif penerima anugerah Medali Fields seperti Kunihiko Kodaira, Hesuke Hironaka dan Shigefumi Mori dari lembaga Kyoto University Research Institute for Mathematical Sciences nan tersohor di bidang matematika itu.

Pendek kata di masa kini, para mahamatematikawan Jepang berjaya menjunjung tinggi harkat dan martabat matematika Jepang sehingga berdiri sama tinggi duduk sama rendah dengan matematika bangsa manapun juga di planet bumi ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com