Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ignatius B Prasetyo

A Masterless Samurai

Merdeka atau AI?

Kompas.com - 21/08/2023, 09:40 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

ANDAI KATA istilah blogger sudah ada pada era Heian (sekitar tahun 1000 AD), mungkin Murasaki Shikibu layak diberi gelar blogger pertama di Jepang.

Dia menulis novel panjang “Genji Monogatari”, yang bercerita tentang kisah percintaan sang tokoh Hikaru Genji. Ini merupakan salah satu novel klasik ternama di Jepang.

Seumpama Instagram sudah ada pada era Edo, maka nama-nama seperti Katsushika Hokusai, Utagawa Hiroshige, Kitagawa Utamaro, mampu menjadi selebgram yang memiliki ribuan follower.

Mereka merupakan artis ukiyo-e, yaitu pelukis di era Edo yang objek lukisannya kebanyakan artis kabuki, pemandangan alam dan kehidupan masyarakat sehari-hari.

Meminjam istilah Aristoteles, secara filosofis segala sesuatu terdiri dari “forma”, yaitu susunan atau bentuk (luar), dan “materia”, yaitu elemen utama atau bahan.

Misalnya, tanah liat adalah materia bagi batu bata, dan batu bata adalah materia bagi rumah yang terbuat dari batu bata. Batu bata (materia) yang diberi bentuk (forma), bisa menjadi rumah maupun tembok.

Kembali ke tulisan di awal, novel cerita “Genji Monogatari” maupun lukisan ukiyo-e, sebenarnya mirip dengan apa yang kita kenal sekarang sebagai blog dan Instagram.

Orang biasa menulis berbagai macam cerita di blog, layaknya membuat karya novel. "Lukisan sesaat" tentang kegiatan yang dilakukan sehari-hari (minum kopi, makan siang, jalan-jalan dan sebagainya), direkam menggunakan gawai untuk dibagikan di Instagram.

Berdasarkan filosofi Aristoteles, maka secara forma, karya kesusasteraan tidak jauh berbeda dari blog. Begitu juga lukisan ukiyo-e, tidak berbeda jauh dari Instagram.

Akan tetapi, situasinya berbeda jika berbicara tentang materia. Blog dan Instagram sudah tidak lagi bergantung pada kertas, tinta, dan cat warna.

Blog dan Instagram adalah informasi, di mana jika kita selisik lebih detail lagi, merupakan representasi dari gabungan digit biner, yaitu 0 dan 1.

Sehingga dapat dikatakan bahwa secara materia, blog memerdekakan karya seni sastra, dan Instagram memerdekakan karya seni lukis, masing-masing dari kertas, tinta dan cat warna.

Sebelum menulis lebih jauh, saya ingin menegaskan bahwa penggunaan istilah “merdeka” di sini hendaknya dimaknai sebagai tidak terikat atau tidak bergantung kepada sesuatu, seperti tertulis pada KBBI versi daring.

Teknologi memang kerap berperan sebagai katalis untuk kemerdekaan. Contohnya, ketika Gutenberg menggunakan mesin cetak untuk kepentingan komersial pada 1450, maka orang menjadi merdeka untuk membaca kitab suci.

Kita tahu bahwa pada era sebelum ditemukannya mesin cetak modern, kitab suci jumlahnya sangat terbatas sehingga hanya diedarkan untuk kalangan tertentu saja.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com