Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Memahami Makna Kalender

Kompas.com - 08/08/2023, 21:03 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SEBENARNYA saya sudah mampu ikhlas menerima kenyataan kalenderiah bahwa satu tahun konon terdiri dari 365 hari atau tepatnya 365,25 hari.

Dari sistem kalender yang digagas Julius Caesar sebagai reformasi terhadap sistem kalender Romawi berdasar perhitungan kalender Mesir oleh astronom Aleksandria, Sosigenes, pada setiap empat tahun digunakanlah tahun kabisat dengan 29 hari pada bulan yang disebut sebagai Februari yang biasanya memiliki 28 hari.

Sayang secara alasanologis, saya tak kunjung mengetahui apa alasan Februari berhari paling sedikit.

Apa alasan bulan yang berhari cuma 28, lalu setiap 4 tahun sekali berhari 29 hanya Februari, bukan 11 bulan lainnya? Juga apa alasan yang berhari 28 dan setiap 4 tahun berhari 29 bukan Januari atau Maret atau April atau seterusnya sampai Desember?

Baca juga: Sejarah Februari Hanya 28 Hari, Bermula dari Takhayul Romawi Kuno

Apakah dikhawatirkan akan timbul masalah bencana kalenderiah jika bukan Februari, tetapi Januari atau Maret atau April atau seterusnya sampai Desember berhari 28 dan setiap 4 tahun berhari 29?

Sementara juga muncul pertanyaan di kalbu saya secara agak melenceng keluar dari tema Februari, yaitu kenapa Januari berhari 31 sama dengan Maret, Mei, Juli, Agustus, Oktober dan Desember, yang berarti tujuh bulan berhari 31.

Sementara April, Juni, September, November berhari 30 berarti empat bulan berhari 30.

Kenapa ketidak-adilan artimatikal terjadi dalam perbandingan tujuh banding empat bulan di dalam sistem kalender 12 bulan?

Kembali ke Februari. Saya bertanya ke diri saya kenapa Februari dibulan-tirikan sebagai satu-satunya bulan berhari 28 yang setiap 4 tahun sekali berhari 29?

Kenapa hanya bulan Februari yang dikorbankan untuk berhari paling sedikit di antara segenap 12 bulan dalam setiap tahun sistem kalender Masehi?

Apa dosa bulan Februari sehingga harus diganjar hukuman memiliki hari paling sedikit seperti itu?

Apakah jika Januari yang berhari 28 dan setiap 4 tahun sekali berhari 29, lalu 31 hari Januari diserahkan ke Februari, sementara Maret, Mei, Juli, Agustus, Oktober dan Desember tetap berhari 31 dan April, Juni, September, November tetap berhari 30, lalu akan timbul masalah kekacauan sisten kalender atau bahkan peradaban?

Jika iya, lalu apa alasannya? Jika tidak, lalu apa alasannya sehingga hanya Februari yang harus berhari paling sedikit?

Baca juga: Apa Alasan Bulan Februari Hanya Memiliki 28 atau 29 Hari?

Akhirnya saya berhasil memetik hikmah dari segenap kegalauan kalbu mengenai kemelut alasanologis tentang bulan Februari memiliki hari paling sedikit, yaitu berupa kesadaran tentang makna kalender yang sebenarnya.

Pada hakikatnya, selama pada kenyataan saya hidup di lingkungan kebudayaan yang menganut kalender Masehi seperti yang telah ditetapkan oleh Sri Paus Gregorius VIII sebagai penyempurnaan kalender Julius Caesar mereformasi kalender Romawi, maka sebaiknya saya tidak perlu sewot membelah titian serambut menjadi tujuh dengan mempertanyakan alasan Februari memiliki hari paling sedikit, yang sebenarnya memang merupakan hasil kesepakatan dari para penyusun kalender yang kebetulan saya anut.

Jika saya memang merasa tidak puas dengan kesepakatan kalender Masehi, maka silakan saya pilih kalender mana yang akan saya anut.

Tersedia cukup banyak pilihan mulai dari Kalender Babilonia, Mesir, Persia, China, India, Arab, Maya, Aztek, Inka, Olmek, Maori, sampai Aborijin dan lain-sebagainya.

Dengan tentu saja, saya sendiri harus siap menghadapi segenap konsekuensi sebab-akibat dari kalender yang saya pilih kebetulan atau tidak kebetulan berada di luar lingkungan kebudayaan saya senyatanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com