SECARA beruntun sejak 17 Juli 2023, Kompas.com memberitakan pesta pernikahan lengkap dengan yang disebut sebagai “pre wedding” antara dua ekor anjing jenis Alaskan Malamut.
Berita tentang upacara pernikahan anjing secara adat Jawa tersebut menjadi makin dahsyat akibat menurut pengakuan sang pemilik anjing ternyata menelan biaya lebih dari Rp 200 juta.
Langsung warga alam maya Nusantara heboh menyambut berita dahsyat tersebut secara demokratis, maka muncul pro dan kontra.
Mereka yang pro memuji penyelenggaraan pernikahan anjing dengan biaya lebih Rp 200 juta sebagai langkah positif demi konstruktif mempercepat perputaran Rupiah.
Mereka membeli jasa sang event organizer lengkap dengan segenap peralatan tata lampu, sound system, tata busana, tata dekor, tata bunga, tata boga, tata rias manusia maupun tata rias dua anjing yang menikah maupun para anjing yang diajak pemiliknya hadir pada pesta pernikahan anjing heboh yang diselenggarakan di hotel mewah tersebut.
Jelas bahwa secara ekonomis pesta nikah anjing dengan biaya ratusan juta rupiah memang memiliki potensi menggerakkan mekanisme roda perekonomian nasional.
Secara hukum juga terkesan tidak ada masalah selama belum ada undang-undang yang resmi mengatur pesta pernikahan anjing yang lazimnya boleh kawin tanpa perlu nikah.
KPK juga tidak berhak menangkap kedua anjing yang dinikahkan maupun manusia yang menikahkan kedua anjing tersebut sejauh dana yang dihamburkan adalah hak milik sang penyelenggara sendiri di samping terbukti tidak merugikan negara.
Namun pihak yang kontra secara kuantitas lebih banyak ketimbang yang pro dengan berbagai alasan berkualitas mulai dari agama sebab kedua anjing yang dinikahkan diberkati ulama agama tertentu sampai ke perilaku hedonis flexing pamer kekayaan yang rawan memperlebar jurang kesenjangan sosial, bahkan dianggap melanggar undang-undang ITE.
Terberitakan bahwa paguyuban pranatacara melayangkan somasi penyelenggara pernikahan anjing secara adat Jawa tersebut atas dugaan pelecehan terhadap keadiluhungan kebudayaan Jawa.
Kebetulan saya dibesarkan di lingkungan kebudayaan Jawa dan agama saya Nasrani sehingga selalu berikhtiar mematuhi ajaran Jesus Kristus tentang jangan menghakimi.
Maka alih-alih menghakimi pihak penyelenggara pernikahan dua anjing tak berdosa itu, saya memilih untuk bersikap mawas diri terhadap diri saya sendiri dengan kendali kearifan ojo dumeh beserta pedoman kearifan empan papan maupun ngono yo ngono ning ojo ngono demi senantiasa berupaya menjunjung langit di atas bumi dipijak. MERDEKA!
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.