Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Evolusi dan Metamorfosa Makna Kata "Lagi"

Kompas.com - 16/07/2023, 06:51 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SAYA sadar bahwa penguasa berhak mengganti apapun termasuk undang-undang, ideologi apalagi bahasa. Maka wajar bahwa kata “sedang” diganti dengan “lagi”.

Bahkan KBBI memaknakan kata lagi secara panjang lebar sebagai berikut :

1 adv sedang (dalam keadaan melakukan dan sebagainya); masih: jangan berisik, ayah -- tidur; 2 adv tambah sekian (sebentar --; 3 adv kembali (berbuat dan sebagainya) seperti semula; berulang seperti semula; pula: kemarin sudah menonton, sekarang hendak menonton --; 4 dan; serta; juga: anak itu pandai -- rajin; istrinya muda, cantik, -- kaya; 5 partikel yang dipakai untuk menekankan kata atau kalimat yang mendahuluinya (mengandung makna; sama sekali, betul-betul, amat sangat, dan sebagainya): kekejaman tentara penjajah sungguh tak terkatakan --; penderitaan rakyat sudah tidak tertahan --;

Sebenarnya semula saya sudah terbiasa dengan kata "lagi" dalam arti kembali. Namun sebagai warga Indonesia yang setia pada Soempah Pemoeda terkait Satoe Bahasa, Bahasa Indonesia, maka saya juga berniat setia pada Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam setia menggunakan Bahasa Indonesia secara tepat dan benar.

Namun tampaknya KBBI juga setia kepada penguasa bahasa masa kini yang terbukti lebih setia pada sumpah Satu Bahasa, Bahasa Indonesia, Banyak Makna.

Setiap saat mendengar atau membaca kata “lagi”, spontan saya tertegun akibat terlebih dahulu saya harus mengetahui kata “lagi” yang saya dengar atau baca itu digunakan dalam makna “sedang” atau “kembali” atau jangan-jangan masih ada makna lainnya yang saya belum tahu.

Terus-terang saya masih terheran-heran mengenai bagaimana sejarah metamorfosa maupun evolusi semantika sehingga kata "lagi" yang semula berarti “sedang” kok bisa-bisanya berganti makna menjadi “kembali”.

Atau sebaliknya “kembali” evolutif menjadi “sedang” yang sebenarnya beda makna. Berarti kata lagi mengalami evolusi sekaligus juga metamorfosa makna.

Secara logika juga terkesan tidak adil bahwa kata “sedang” boleh diganti menjadi “lagi” dalam arti “sedang”, tetapi kata “sedang” tidak boleh diganti menjadi “kembali” dalam arti “lagi.”

Sebagai contoh kalimat “saya sedang menulis” boleh diganti menjadi “saya lagi menulis”, tetapi tidak boleh diganti menjadi “saya kembali menulis” dalam arti saya sedang menulis.

Juga tidak adil bahwa saya tidak boleh mengganti istilah “lagi-lagi” dengan istilah “sedang-sedang” serta “kembali-kembali” maupun “tambah-tambah” atau “serta-serta” apalagi “sangat-sangat”.

Namun salah saya sendiri bahwa saya lagi-lagi masih percaya atau minimal masih mengharap lagi bahwa apa yang dinamakan keadilan itu ada di alam semesta termasuk ranah bahasa sebagai semacam Das Sollen yang lagi-lagi sama sekali tidak sesuai lagi dengan Das Sein.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com