PERTANDINGAN olahraga hampir selalu menggelorakan sentimen nasionalis dan jiwa patritiotisme. Itu adalah hal yang tak bisa dimungkiri lagi.
Hal itu tampak sangat nyata ketika para suporter sepak bola Indonesia menonton laga final Suzuki Cup Indonesia vs Thailand pada 2021 lalu.
Waktu itu puluhan ribu suporter Indonesia meneriakan Yel Yel Pembakar Semangat Timnas Indonesia dengan mengumandangkan lagu "Aku Hargai Itu Semangat Perjuangamu".
Liriknya nyanyian pembakar semangat itu berbunyi demikian:
“Semangat jiwaku, sekuat ragaku, Kuberjanji padamu ‘tuk selalu bersamamu/ Satukan langkah menuju satu arah, bersama mengawal Garuda dengan sukacita/Tak pernah ada sebuah rasa bosan, penuh kerinduan hadir untukmu pahlawan/Tak kenal lelah kau terus berusaha, demi kemenangan yang selalu kami dambakan/Merah-Putih ‘kan jadi warna simbol pemersatu, di sini kami berpijak nafas kami untukmu/Aku hargai semangat perjuanganmu, demi sau asa, jadikan Garuda juara.”
Menilik lirik lagu di atas, apalagi mendengarkan bagaimana bersemangatnya para suporter menyanyikannya, siapa pun tentu merasakan bahwa sepak bola atau olahraga mampu menjadi alat untuk menumbuhkan semangat nasionalis dan jiwa patriotisme dalam diri setiap anak bangsa.
Lebih dari itu, yel-yel seperti itu mampu membakar semangat juang para atlet yang berlaga di lapangan hijau.
Buktinya, dalam pertandingan persahabatan dengan Argentina, Senin (19/6), pemain Garuda tampil all-out sehingga mampu mematahkan serangan para pemain Argentina yang terkenal memiliki teknik di atas rata-rata pemain bola di dunia.
Bagi Indonesia, sentimen nasionalis dan jiwa patriotisme tidak hanya terjadi pada olahraga sepak bola.
Sejak dekade 1970-an kejuaraan bulu tangkis dunia, terutama yang diselenggarakan di dalam negeri, selalu menggelorakan sentimen nasional dan jiwa patriotisme itu.
Tak jarang terjadi, pertandingan bulu tangkis diwarnai dengan derai air mata, baik di wajah para atlet itu sendiri, maupun di kalangan penonton di bangku stadion, dan pemirsa televisi di rumah.
Berlaku di berbagai belahan dunia
Sejatinya, hubungan olahraga dan sentimen nasionalis serta jiwa patriotisme tidak hanya terjadi di Indonesia saja, melainkan tejadi di belahan bumi lain juga.
Di Brasil, Argentina dan negara-negara Amerika Latin lainnya, misalnya, olahraga sepak bola menjadi alat pemersatu bangsa. Di sana sepak bola menjadi semacam pembentuk identitas nasional. Tak heran olahragawan terkemuka menjadi kebanggaan bangsa.
Di Brasil, misalnya, mendidiang Edson Arantes do Nascimento, yang dikenal sebagai Pelé dipandang sebagai pahlawan nasional Brasil. Bahkan, dia dinyatakan sebagai aset nasional oleh negara Brasil pada 1961.
Begitu pula di Argentina. Pesepak bola Diego Maradona dianggap sebagai ‘orang suci’ sekaligus pahlawan bangsa.
Hal sama terjadi di benua Afrika dan Eropa. Contoh, George O. Weah dari Liberia, satu-satunya pesepak bola profesional Afrika yang pernah memenangkan Balon d'Or sebagai pemain terbaik dunia, adalah presiden Liberia saat ini.
Dia dipilih rakyat, karena dianggap sebagai tokoh yang nasionalis dan memiliki semangat kepejuangan membela kepentingan bangsa (patriotisme).
Di Filipina, olahraga tinju menjadi pemicu semangat nasionalis dan jiwa patriotisme. Keperkasaan Many Pacquaio dalam menaklukkan sejumlah petinju kelas dunia membuat orang Filipina merasa bangga, dan naik kelas dalam pergaulan antarbangsa.