Warisan sejarah yang panjang
Nigel Crowther dalam artikel ilmiahnya yang dimuat di Journal of Social Justice (Volume 11, 1999) menulis ketika Baron Pierre de Coubertin, mencentuskan Olimpiade modern tahun 1894, ia menyatakan bahwa pertandingan Olimpiade harus mempromosikan “pemahaman internasional, persaudaraan, dan perdamaian”.
Gagasan Coubertin itu, sesungguhnya bukan hal baru. Ia hanya menghidupkan kembali cita-cita yang sudah dicetuskan sejak penyelenggaraan Olimpiade kuno di Yunani tahun 776 SM.
Olimpiade kuno diadakan untuk mempromosikan rasa persatuan di antara negara-negara kota yang merdeka, karena Yunani, dalam sebagian besar sejarahnya, bukanlah bangsa yang bersatu melainkan kumpulan kota-kota individual.
Setiap empat tahun, pertandingan tersebut mengumpulkan sebanyak 40.000 penonton, atlet, politisi, pedagang, dan tokoh budaya ke festival yang tidak hanya merayakan olahraga, tetapi juga agama—karena menghormati Zeus dan dewa-dewa lainnya.
Jadi, bagi orang Yunani hampir tidak bisa disangkal, bahwa Olimpiada adalah alat pemicu sentimen nasionalis dan jiwa patriotisme, baik di diri para atlet itu sendiri, maupun di seluruh para penontonnya.
Patriotisme di Yunani
Dunia Yunani kuno memahami patriotisme dengan cara yang mirip dengan dunia modern. Bagi orang Yunani, patriotisme berarti kesediaan untuk melayani dan mendukung negara—dan jika perlu, berjuang dan mati untuk tanah air.
Warga negara yang kehilangan nyawanya dalam perang dihormati, seperti yang terlihat dalam orasi Pericles bagi mereka yang gugur pada hari-hari awal Perang Peloponnesia Kedua.
Namun bagi orang Yunani kuno, sebenarnya ada dua jenis patriotisme. Pertama adalah patriotisme yang berfokus pada kesamaan identitas Hellenic.
Orang Yunani sangat bangga menjadi Hellenes. Nyatanya, mereka percaya bahwa mereka jauh lebih unggul daripada orang non-Yunani, yang mereka sebut sebagai orang barbar.
Patriotisme Yunani dirayakan dalam ritual dan praktik. Contoh yang baik dari hal ini adalah berbagai institusi Pan-Hellenic, terutama yang bersifat religius, seperti Oracle of Delphi.
Lalu ada ekspresi patriotisme Hellenic yang unik yang diekspresikan dalam Pertandingan Olimpiade. Hanya Hellenes yang dapat berpartisipasi dalam Olimpiade, yang merupakan perayaan identitas dan nilai bersama.
Patriotisme Yunani mengilhami orang Yunani untuk bekerja sama dalam Liga, seperti yang terbentuk ketika Persia menginvasi daratan Yunani pada 492 SM.
Bentuk patriotisme kedua di Yunani kuno mengambil bentuk yang lebih terlokalisasi: kebanggaan terhadap negara-kota seseorang.
Contoh bagusnya adalah patriotisme Sparta. Orang Sparta sangat bangga dengan tanah air dan identitas mereka. Sebagian besar orang Yunani berutang kesetiaan pertama mereka kepada negara-kota mereka, seperti Thebes.
Warga laki-laki adalah kelompok istimewa di polis, dan mereka sangat setia pada negara kota. Biasanya, warga negara mengucapkan sumpah setia kepada negara dan diharapkan mengabdikan dirinya untuk kebaikan negara.
Patriotisme Romawi kuno
Kata patriotisme berakar pada kata Latin untuk patria, yang berarti tanah air. Patriotisme Romawi dengan demikian terikat pada rasa kesetiaan yang kuat kepada ayah (pater) dan keluarga.