ADA hal yang menggelitik membaca artikel “Mengapa Orang Indonesia (Masih) ‘Malas’ Membaca? Tulisan Agung Setiyo Wibowo di kolom Kompas.com (12/05/2023).
Beliau mengatakan bahwa salah satu penyebab orang Indonesia tidak suka membaca karena warisan budaya dari nenek moyang yang bertradisi lisan.
Pendapat serupa sudah sering dikemukan banyak orang pada saat membahas budaya baca bangsa Indonesia.
Sampai saat ini belum ada penelitian yang komprehensif mengenai rendahnya budaya baca masyarat Indonesia, juga belum ada upaya yang integral untuk meningkatkannya.
Namun pendapat yang sering kita dengar baik dari para akademisi, politisi, maupun birokrat bahwa rendahnya budaya baca masyarakat Indonesia karena masyarakat kita lebih bersifat budaya lisan daripada budaya tulisan.
Keadaan tersebut terjadi karena faktor sejarah atau karena pewarisan dari nenek moyang kita yang lebih berisfat budaya oral daripada budaya literal.
Selain itu, masyarakat Indonesia diduga telah mengalami “lompatan budaya” dari budaya lisan langsung ke budaya visual (nonton), tanpa melalui budaya literasi atau tulisan.
Berbeda dengan budaya masyarakat maju yang perjalanan sejarahnya bersifat linear, yaitu dari budaya pra-literasi, literasi, dan post-literasi.
Pendapat di atas sering dijadikan alasan untuk tetap hidup tanpa berusaha untuk meningkatkan kebiasaan membaca.
Terlebih bagi mereka yang memang malas membaca merasa ada legitimasi historis untuk tetap malas membaca.
“Habis mesti gimana lagi, dari sananya memang begitu,” kata mereka yang malas membaca.
Tulisan ini mencoba untuk menelusuri tradisi literasi bangsa Indonesia, terutama dilihat dari hasil-hasil kesusasteraan dalam setiap fase waktu penulisannya.
Betulkan nenek moyang kita tidak mengenal tradisi literasi ataukah ini hanya sekadar mitos?
Tidak diketahui secara pasti kapan bangsa Indonesia bersentuhan dengan perdaban literasi atau tulis-menulis.
Yang banyak dibahas adalah sejarah kesusateraan Indonesia yang biasanya berisi tentang periodisasi sastra yang dimulai dengan Sastra "Melayu Lama", yaitu karya sastra di Indonesia antara tahun 1870-1942, yang berkembang di lingkungan masyarakat Sumatera seperti Langkat, Tapanuli, Padang dan daerah Sumatera lainnya, China dan masyarakat Indo-Eropa.