Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Adinegoro: Wartawan, Sastrawan, dan Kejujuran

Kompas.com - 23/02/2023, 21:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Rangga Septio Wardhana dan Ikko Anata

KOMPAS.com - Djamaluddin Adinegoro adalah wartawan dan sastrawan yang lahir di Sawahlunto, Sumatera Barat pada 14 Agustus 1904. Sebenarnya, Adinegoro bukan nama asli. Pria itu lahir dengan nama Djamaludin dengan gelar Datuk Maradjo Sutan.

Djamaluddin memakai nama samaran tersebut agar karangannya dapat menarik pembaca dari Jawa. Ternyata, nama samaran ini jauh lebih populer dari nama sebenarnya. Oleh karena itu, ia mulai dikenal dengan nama Djamaluddin Adinegoro.

Sosok ini terkenal karena perjuangannya membangkitkan kesadaran pemuda Indonesia melalui media surat kabar (pers) demi terwujudnya negara yang merdeka. Hal ini juga dikisahkan dalam siniar Tinggal Nama bertajuk “Djamaluddin Adinegoro: Pelopor Jurnalistik Indonesia” dengan tautan akses dik.si/TNDjamaludin.

Wartawan dan Perjalanan Kejujuran

“Hanya ada satu mata uang yang berlaku di mana-mana. Bukan Gulden Negeri Belanda, bukan Deutche Mark Jerman, bukan Poundsterling Inggris, dan bukan pula Dolar Amerika. Mata uang itu bernama kejujuran.”

Baca juga: 5 Racun Paling Mematikan Di Dunia

Kalimat tersebut adalah rangkuman catatan perjalanan jurnalistik Adinegoro dalam buku Melawat ke Barat saat menjelajahi eropa di usia 22 tahun. Saat itu, Adinegoro memperdalam pengetahuan jurnalistiknya di Jerman pada 1926.

Adinegoro memulai kariernya sebagai wartawan majalah Cahaya Hindia. Setiap pekan, ia menulis artikel tentang masalah luar negeri di majalah tersebut. Pria itu juga merangkap sebagai wartawan lepas di surat kabar Pewarta Deli (Medan), Bintang Timur, dan Panji Pustaka (Batavia).

Setelah menyelesaikan pendidikan di Jerman pada 1931, Adinegoro memimpin majalah Panji Pustaka. Namun, hal tersebut hanya bertahan enam bulan, sebelum akhirnya memimpin surat kabar Pewarta Deli pada 1932 hingga 1942.

Setelah Indonesia Merdeka, Adinegoro bersama Prof.Dr. Supomo memimpin majalah Mimbar Indonesia sejak 1948 hingga 1950. Setahun kemudian, pada 1951, pria itu menjadi pemimpin Yayasan Pers Biro Indonesia. Adinegoro juga tercatat sebagai pekerja di Kantor Berita Nasional.

Sebagai wartawan, Adinegoro senantiasa menulis atas dasar fakta, sumber terpercaya, dan data kredibel. Sosok ini menempatkan ilmu jurnalistik bukan sekadar cerita biasa. Dia mampu memberikan referensi terperinci mengenai berita yang disampaikan.

Adinegoro mampu menjadi sosok wartawan yang ‘komplet’. Ia mampu bekerja sebagai reporter sekaligus fotografer, infografer, dan kartografer. Ia juga sangat memahami bahwa karya jurnalistik dapat bermanfaat menjadi produk bersarana informasi multichannel, yaitu koran, jurnal, buku, dan materi siaran radio.

Itu sebabnya, sosok ini berhasil menjadi pelopor perkembangan jurnalistik menjelang Indonesia merdeka. Adinegoro juga menjadi salah satu orang yang mencetuskan gagasan terbentuknya Radio Republik Indonesia (RRI) Bukittinggi, Sumatera Barat, pada 1945.

Sastrawan dan Pengembaraan Tulisan

Selain wartawan, Djamaluddin Adinegoro juga dikenal sebagai sastrawan Angkatan Balai Pustaka. Karyanya yang terkenal adalah novel Asmara Jaya dan Darah Muda yang terbit pada 1928. Melalui kedua novel tersebut, Adinegoro berupaya menentang adat kuno yang berlaku dalam perkawinan.

Baca juga: Mengelola Emosi Negatif di Lingkungan Kerja

Ajip Rosidi dalam buku Ikhtisar Sejarah Sastra Indonesia (1982) menyebutkan Adinegoro merupakan pengarang Indonesia yang berani melangkah lebih jauh untuk menentang adat kuno yang berlaku dalam perkawinan.

Selain dua novel itu, Adinegoro juga berhasil menulis novel rangkuman perjalanan dalam tiga jilid dengan judul Melawat ke Barat (1987). Dengan buku ini, ia mengukuhkan profesinya sebagai wartawan sekaligus sastrawan.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

7 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia, Indonesia di Urutan Kelima

7 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia, Indonesia di Urutan Kelima

Tren
Sejarah Head to Head Indonesia Vs Uzbekistan, 6 Kali Bertemu dan Belum Pernah Menang

Sejarah Head to Head Indonesia Vs Uzbekistan, 6 Kali Bertemu dan Belum Pernah Menang

Tren
Shin Tae-yong, Dulu Jegal Indonesia di Piala Asia, Kini Singkirkan Korea Selatan

Shin Tae-yong, Dulu Jegal Indonesia di Piala Asia, Kini Singkirkan Korea Selatan

Tren
Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Tren
Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Tren
10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

Tren
Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal 'Grammar'

Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal "Grammar"

Tren
Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Tren
Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Tren
Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Tren
Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Tren
Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Tren
Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Tren
Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Tren
BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com