Oleh: Rangga Septio Wardana dan Ristiana D. Putri
KOMPAS.com - Indonesia merupakan salah satu negara penghasil rempah terbesar di dunia. Dengan demikian, olahan masakan di Nusantara menjadi sangat beragam. Setiap dapur memiliki masakan dengan ciri khasnya masing-masing.
Dapur merupakan jantung sebuah hunian. Keberadaan dapur tidak hanya digunakan untuk memasak hidangan, namun juga titik tengah untuk menjalin interaksi antar penghuni. Di sana pula, rempah-rempah diracik sehingga menghasilkan masakan yang menggugah selera.
Setiap dapur memiliki cerita menarik tentang bagaimana sebuah makanan dibuat dan disajikan. Ade Putri Paramadita, Culinary Storyteller, memulai ekspedisi dalam menemui seluruh olahan rempah-rempah yang ada di Indonesia sejak kecil.
Ia kerap berkunjung dari dapur ke dapur dan selalu menemukan cerita menarik dari tiap hidangan.
Pegiat kuliner ini pun berbagi kisahnya bersama Wisnu Nugroho, Pemimpin Redaksi Kompas.com, dalam siniar Beginu bertajuk “Ade Putri Paramadita, Jurnal Dapur Nusantara” dengan tautan akses bit.ly/BeginuAdeP1.
Ade Putri Paramadita, akrab disapa Ade, adalah nama yang tidak asing dalam dunia kuliner Indonesia. Ade merupakan bagian dari Telemaker List 2021 yang rajin memperkenalkan kuliner Indonesia, beserta sejarah dan budayanya, kepada dunia.
Baca juga: Terorisme Dalam Catatan Sejarah
Meskipun mengawali kariernya dengan berkecimpung di dunia musik, namun ia menganggap hal itu sebagai pekerjaan saja. Perempuan itu mengatakan, “Tapi sepertinya saya menikmati itu hanya untuk sebuah pekerjaan. Jadi, Apakah itu passion? Bukan. Terus apa bedanya passion dan pekerjaan? Passion nggak dibayar pun bukan masalah, tapi kalau pekerjaan harus profesional.”
Ade merasa passion-nya dalam dunia kuliner sudah mendarah daging. Lingkungan keluarga menjadi pengaruh yang cukup besar terhadapnya.
“Sejak kecil kakek saya sering mengajak untuk eksplor masakan-masakan baru dan bapak saya termasuk orang yang eksperimental dalam hal kuliner. Selain itu, sejak kecil juga saya dibiasakan oleh Ibu untuk tidak boleh menyisakan makanan apa pun di piring,” ujarnya.
Dari situ, Ade mulai berani mengkritisi bibit-bibit keserakahan dalam diri manusia. Dalam makanan sekali pun, ada saja orang yang mengambil banyak makanan namun tidak dihabiskan. Menurutnya, lebih baik kita ambil sedikit-sedikit dan menambahkannya jika kurang dibandingkan mengambil banyak kemudian membuangnya.
Meskipun bergelut dalam dunia kuliner, Ade tidak ingin menyebutnya sebagai seorang chef. Ia pun menjelaskan alasannya, “Bisa masak bukan berarti seorang chef, saya memberikan gelar chef hanya kepada orang-orang terhormat yang memang selain bisa masak, namun juga andal mengelola sebuah tempat makan.”
Selain latar belakang lingkungan keluarga, perempuan ini juga mempelajari keahlian memasak dari setiap dapur-dapur di daerah yang ia kunjungi. Menurutnya, kesempatan untuk bisa masuk ke dapur merupakan sebuah kehormatan. Ia menggambarkannya seperti masuk ke ruang-ruang privasi yang tidak semua orang bisa mendapatkan kesempatan tersebut.
Banyak pengalaman berharga yang didapatkan ketika berkunjung ke setiap dapur Nusantara, seperti berinteraksi dengan masyarakat sekitar, mempelajari resep masakan di daerah, hingga mengetahui sejarah sebuah makanan. Ternyata, setiap hidangan memiliki cerita dan nilai hidup yang bisa dipelajari.
Baca juga: 4 Alasan K-Pop Sangat Populer di Kancah Dunia
Tanpa kita sadari, beragam kisah bisa terangkum dalam sebuah menu masakan. Dengan demikian, kemampuan memasak akan terlatih jika sering berinteraksi dengan dapur-dapur rumah di nusantara. Tak lupa, ia mengisahkannya kembali dalam bentuk tulisan.