KOMPAS.com - Mengatakan kata "Maaf" memang suatu tindakan etis saat kita melakukan kesalahan.
Namun, jangan sampai tindakan tersebut digunakan secara terus-menerus hingga memunculkan "sorry syndrome" atau Sindrom Maaf.
Lantas, apa pengertian dari "sorry syndrome" dan bagaimana cara mengatasinya?
Baca juga: Ramai soal Duck Syndrome, Terlihat Bahagia padahal Jiwa Teraniaya
Dilansir dari High Erechelon, (1/7/2021), sindrom maaf adalah dorongan untuk meminta maaf secara terus-terusan, bahkan untuk hal-hal di luar kendali kita atau untuk tindakan yang kita yakini tidak salah.
Berikut adalah beberapa tanda seseorang mungkin menderita Sindrom Maaf:
Penggunaan permintaan maaf ini bisa merugikan Anda jika Anda terus-terusan mengatakan hal itu di hampir setiap situasi meskipun sebenarnya tidak perlu.
Sebab, menggunakan permintaan maaf secara berlebih dapat melemahkan komunikasi kita dan merendahkan diri kita sendiri.
Selain itu, permintaan maaf yang diucapkan terus-menerus membuat tidak ada esensinya dan hampa.
Baca juga: Gejala dan Penyebab Carpal Tunnel Syndrome
Agar permintaan maaf tidak disampaikan secara sembarangan, cara yang baik untuk menganalisis apakah permintaan maaf diperlukan atau tidak adalah dengan menanyakan kepada diri sendiri.
Misalnya, apakah saya perlu meminta maaf? atau "apakah saya menyakiti orang?" dan lainnya.
Berikut hal-hal yang secara sah untuk Anda meminta maaf kepada orang lain.