KOMPAS.com - Baru-baru ini, aktor sekaligus pembawa acara kondang di Indonesia Ruben Onsu dikabarkan mengidap empty sella syndrome.
Hal itu diungkapkannya dalam sebuah acara reality show yang disiarkan di televisi.
Sebelumnya, Ruben mengaku telah melakukan rangkaian pemeriksaan dan terdapat dugaan lesi otak di kepalanya.
Kondisi itu membuat suami dari penyanyi Sarwendah ini harus menerima donor lantaran membutuhkan lebih banyak darah.
Lantas apa itu empty sella syndrome?
Baca juga: Apa Itu Penyakit Lesi Otak seperti yang Diidap Ruben Onsu?
Dilansir dari Healthline (23/7/2022), empty sella syndrome adalah kelainan langka yang berhubungan dengan bagian tengkorak atau disebut sella tursika.
Sella tursika merupakan lekukan di tulang sphenoid di dasar tengkorak yang memegang kelenjar pituitary.
Pada penderita empty sella syndrome, kelenjar pituitarinya terlihat seperti hilang. Padahal faktanya, sella tursika sebenarnya tidak kosong, dan kelenjar itu juga ada.
Penderita empty sella syndrome hanya memiliki kelenjar pituitari yang lebih kecil. Di beberapa kasus, kelenjar tersebut bahkan tidak muncul pada saat pemeriksaan.
Baca juga: Justin Bieber Alami Ramsay Hunt Syndrome, Ini Bedanya dengan Stroke
Dikutip dari Hopkins Medicine, empty sella syndrome dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu empty sella syndrome primer dan empty sella syndrome sekunder.
Yang membedakan dari kedua jenis itu adalah penyebabnya.
Empty sella syndrome primer lebih sering terjadi pada wanita yang mengalami obesitas dan memiliki tekanan darah tinggi.
Sementara, empty sella syndrome sekunder terjadi karena perubahan genetik (mutasi), cedera, terapi radiasi, atau pembedahan.
Pakar kesehatan tidak mengetahui secara pasti penyebab empty sella syndrome primer. Namun, empty sella syndrome sekunder bisa disebabkan oleh cedera, terapi radiasi, atau pembedahan.
Baca juga: Tiga Cara meningkatkan Motivasi bagi Pendamping Down Syndrome
Penderita empty sella syndrome bisa saja tidak memiliki gejala apapun. Namun, beberapa penderita empty sella syndrome sekunder akan mengalami sejumlah gejala, seperti: