KOMPAS.com - Unggahan soal fenomena duck syndrome, viral di media sosial Twitter dan salah satunya diunggah oleh akun ini pada Sabtu (26/11/2022).
Dalam twit tersebut, dijelaskan poin-poin mengenai duck syndrome mulai dari kerap memenuhi ekspektasi tinggi dari lingkungan, ingin terlihat sempurna, hingga mengalami kejadian traumatis.
Unggahan itu menjadi perbincangan warganet di Twitter. Beberapa warganet meninggalkan komentar di unggahan tersebut.
"Ternyata aku sindrom bebek," tulis akun ini.
"Saya mengalami hal diatas, memang butuh support sistem dan itu ibu saya sendiri. alhamdulillah dgn beliau saya bisa ngeluh dan ngeluarin isi pikiran saya. ya walau ga semuanya, setidaknya hanya ibu saya manusia yg bisa saya percaya," ucap warganet lain.
Hingga Minggu (27/11/2022), unggahan tersebut telah dibagikan kepada lebih dari 700 akun dan disukai oleh 2.741 pengguna Twitter.
Lantas, apa itu duck syndrome?
Baca juga: Pura-pura Bahagia Padahal Tertekan? Pakar Unair Jelaskan Duck Syndrome
Menurut Medicinenet, duck syndrome adalah kondisi ketika seseorang terlihat sangat tenang namun pada kenyataannya mereka merasa panik karena tuntutan lingkungan.
Duck syndrome bukan merupakan diagnosis kesehatan mental formal. Istilah ini diperkenalkan oleh Stanford University.
Pakar psikologi Universitas Airlangga (Unair), Margaretha Rehulina, S.Psi., G.Dip.Psych., M.Sc., mengatakan bahwa istilah tersebut menggambarkan mahasiswa Stanford di tahun pertama.
Saat itu mereka menampilkan diri seperti bebek, di atas permukaan air terlihat tenang, padahal di bawah air kakinya sedang berenang dengan sangat cepat.
"Supaya tidak terlihat kalah, maka mereka harus bersikap seperti bebek yang tenang padahal di balik itu semua sedang mengalami perjuangan, kegelisahan, dan ketakutan," ujarnya, dilansir dari KompasTV.
Umumnya, fenomena ini muncul ketika seseorang sedang berusaha menyesuaikan diri di lingkungan.
Duck syndrome biasanya menimbulkan beberapa hal, seperti depresi, kecemasan, atau tahap awal dari banyak penyakit mental (manifestasi). Biasanya muncul sebagai reaksi terhadap stres.
Baca juga: Terlalu Sering Meminta Maaf, Apakah Anda Terkena Sorry Syndrome?
Margaretha menambahkan bahwa dunia klinis tidak menggunakan istilah duck syndrome. Dia menuturkan, duck syndrome bukanlah diagnosa klinis.
Dilansir dari Kompas.com (24/1/2022), ada tiga jenis duck syndrome yang sering dialami oleh orang-orang, diantaranya:
Jenis duck syndrome yang kerap dialami orang-orang adalah menampilkan diri di sosial media terlihat glamor, sukses, dan bahagia.
Faktanya, seseorang itu harus berhutang atau bekerja dengan sangat keras.
Untuk menghadapi duck syndrome jenis ini, Margaretha menganjurkan agar orang tersebut belajar untuk menerima diri sendiri.
"Tidak perlu berpura-pura dan menipu diri di sosial media untuk menampilkan kesuksesan walaupun sebenarnya itu bukan gambaran dirinya," terangnya.
Jenis duck syndrome lainnya yang kerap dialami orang adalah terlihat baik-baik saja meskipun sebenarnya mereka sedang mengalami banyak masalah.
Duck syndrome seperti ini paling berbahaya karena terkait dengan persoalan "mood", seperti depresi atau gangguan kecemasan lainnya.
Jika seseorang mengalami duck syndrome jenis ini, Margaretha menganjutkan agar seseorang itu tidak segan untuk memahami persoalan yang sedang terjadi pada dirinya.
"Kita juga perlu mengajarkan kepada mereka untuk jangan sungkan meminta bantuan," sarannya.
Bantuan tersebut bisa diperoleh dari ahli profesional atau keluarga terdekat untuk membantu menghadapu persoalan tersebut.
Jenis duck syndrome berikutnya adalah membandingkan diri dengan orang lain.
Duck syndrome ini dialami oleh mereka yang di dalam kepalanya ingin berhasil sehingga ia menampilkan dirinya berhasil.
Faktanya, ia justru sangat kewalahan bahkan tidak mampu untuk mencapai tujuannya karena sudah melampaui batas kemampuan.
Akibatnya, dia akan membandingkan diri dengan sesuatu yang di luar kemampuannya.
Baca juga: Apa Itu Empty Sella Syndrome, Penyakit yang Diidap Ruben Onsu?
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.