Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Ashurbanipal, Perpustakaan Tertua di Dunia dari Abad Ke-7 SM

Kompas.com - 23/11/2022, 06:00 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Perpustakaan Ashurbanipal merupakan kumpulan dari setidaknya 30.000 dokumen berhuruf paku yang ditulis dalam bahasa Akkadia dan Sumeria. 

Didirikan sekitar abad ke-7 SM, Ashurbanipal disebut menjadi perpustakaan tertua di dunia.

Perpustakaan ini ditemukan di reruntuhan kota Niniwe Assyria, Mosul, Irak.

Sejarah Ashurbanipal

Dikutip dari History, teks-teks yang ada dalam perpustakaan itu memuat catatan sastra dan administrasi.

Ashurbanipal merupakan putra ketiga Esarhaddon dan diangkat sebagai putra mahkota Assyria yang berbasis di Niniwe.

Ashurbanipal yang menyukai buku, mengumpulkan sebagian besar koleksi perpustakaannya dengan menjarah karya-karya dari Babilonia dan wilayah lain yang ditaklukkannya.

Baca juga: Antikythera Mechanism, Komputer Tertua di Dunia yang Berusia Ribuan Tahun

Arkeolog kemudian menemukan reruntuhannya pada pertengahan abad ke-19 dan sebagian besar isinya sekarang disimpan di British Museum di London.

Meskipun Ashurbanipal memperoleh banyak koleksinya melalui penjarahan, ia tampaknya sangat khawatir tentang pencurian.

Sebuah prasasti di salah satu teks memperingatkan bahwa jika ada yang mencuri koleksinya, para dewa akan menjatuhkannya, serta menghapus nama dan benihnya di tanah.

Dokumen Asyur paling awal dalam koleksi perpustakaan ini berasal dari masa pemerintahan Sargon II (721-705 SM) dan Sanherib (704-681 SM) yang menjadikan Niniwe sebagai ibu kota Neo-Asiria.

Pada zaman Ashurbanipal, perpustakaan itu terletak di lantai dua dari dua bangunan berbeda di Niniwe, yaitu Istana Barat Daya dan Istana Utara, seperti dikutip dari ThoughtCo.

Baca juga: 7 Makanan dan Minuman Tertua yang Pernah Ditemukan Arkeolog

Koleksi lainnya ditemukan di kuil Ishtar dan Nabu, tetapi mereka tidak dianggap sebagai bagian dari perpustakaan.

Perpustakaan itu hampir pasti mencakup lebih dari 30.000 jilid, termasuk tablet runcing tanah liat yang dibakar dan papan tulis kayu berlapis lilin yang disebut diptych.

Niniwe ditaklukkan pada 612, sehingga bangunannya dihancurkan dan koleksinya dijarah.

Ketika para arkeolog tiba di Niniwe pada awal abad ke-20, mereka menemukan pecahan dan seluruh tablet serta papan tulis kayu berlapis lilin sedalam satu kaki di lantai istana.

Dua arkeolog yang menemukannya adalah Austin Henry Layard dan Henry Creswicke Rawlinson yang berkebangsaat Inggris.

Sementara arkeolog Hormuzd Rassam yang bekerja dengan Rawlinson dikreditkan dengan penemuan beberapa ribu tablet.

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com