Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Harga Keekonomian Solar dan Pertalite jika Tidak Disubsidi

Kompas.com - 07/07/2022, 14:05 WIB
Taufieq Renaldi Arfiansyah,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - PT Pertamina (Persero) menyebut penguatan harga dan penurunan suplai minyak mentah global berdampak pada harga keekonomian BBM dan elpiji di Indonesia.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan penurunan suplai global terjadi karena turunnya kemampuan produksi negara OPEC+, terutama Libya dan Ekuador.

"Kalau kita melihat harga keekonomian dengan peningkatan harga minyak dan gas ini juga meningkat tajam," kata Nicke dikutip dari Antara, Rabu (6/7/2022).

Hal tersebut disampaikan Nicke ketika melakukan Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI di Jakarta.

Berdasarkan formulasi perhitungan yang dilakukan oleh Pertamina pada Juli 2022, harga keekonomian Solar adalah Rp 18.150 per liter.

Sedangkan untuk Pertalite memiliki harga keekonomian sebesar Rp 17.200 per liter.

Baca juga: Penjelasan Pertamina soal Pembelian BBM Subsidi Pakai QR Code tapi Tanpa Ponsel

Beban subsidi pemerintah

Pada saat ini, pemerintah melakukan subsidi yang cukup besar terhadap harga BBM dan elpiji yang dijual lewat Pertamina.

Apabila harga keekonomian Solar adalah Rp 18.150 per liter namun harga jual masih Rp 5.150 per liter, itu artinya pemerintah harus membayar subsidi Solar sebesar Rp 13.000 per liter.

Sementara untuk Pertalite harga keekonomian di angka Rp 17.200 per liter dengan harga jual Rp 7.650 per liter, akibatnya pemerintah harus menyubsidi sebesar Rp 9.550 per liter.

Untuk Pertamax harga keekonomiannya sebesar Rp 17.950 per liter, harga jualnya Rp 12.500 per liter, sehingga pemerintah melakukan subsidi sebesar Rp 5.450 per liter.

"Kami masih menahan harga Pertamax Rp 12.500 per liter karena kami juga pahami kalau Pertamax naik setinggi ini, maka shifting ke Pertalite akan terjadi. Kondisi ini tentunya akan menambah beban negara," ujar Nicke.

Sedangkan untuk elpiji bersubsidi, Pertamina mengatakan pihaknya belum menaikkan harga elpiji nonsubsidi sejak tahun 2007, sehingga harganya masih Rp 4.250 per kilogram.

Saat ini harga pasaran elpiji adalah Rp 15.698 per kilogram, maka pemerintah melakukan subsidi sebesar Rp 11.448 per kilogram.

Baca juga: Amankah Membuka Aplikasi MyPertamina di Ponsel Saat Isi BBM?

Masih memantau kondisi pasar

Nicke menjelaskan bahwa penghitungan harga keekonomian BBM dan elpiji tersebut sudah sesuai dengan formulasi yang tertuang dalam Peraturan Menteri ESDM.

Formula penghitungan yang dilakukan juga sudah digunakan oleh perusahaan-perusahaan kompetitor Pertamina untuk menetapkan harga BBM atau elpiji mereka.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com