Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Sebuah Saran untuk Presiden Ukraina

Kompas.com - 28/02/2022, 05:45 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SECARA ragawiah saya belum pernah berjumpa Volodymyr Zelensky. Namun secara batiniah dari kejauhan jarak Indonesia dengan Ukraina, sebagai penulis buku Humorologi di samping pendiri Indonesian Humor Society alias Perhimpunan Pencinta Humor, saya mengagumi sang humoris profesional Ukraina yang kemudian secara demokratis terpilih menjadi Presiden Ukraina.

Sebagai juga pengagum peradaban Ukrania yang telah menghadirkan para tokoh budayawan kelas langitan seperti Ihor Stravinski sampai Ilya Repin, saya didukung oleh Duta Besar Ghafur Akbar Dharmaputra merencanakan pergelaran seni musik dan seni tari Nusantara di Kiev yang sementara terpaksa tertunda akibat Corona bermutasi menjadi Omicron apalagi Rusia menyerbu Ukraina.

Sampai saat naskah ini ditulis masih belum jelas berapa jumlah jiwa rakyat tak berdosa jatuh sebagai korban akibat operasi militer angkatan bersenjata Rusia di bumi Ukraina.

Namun tampak jelas pada kenyataan bahwa secara komparatif kuantitatif dibandingkan dengan raksasa militer Rusia potensi angkatan bersenjata Ukraina terlalu kecil untuk mampu melakukan perlawanan yang berarti.

Andai kata Rusia gajah, maka Ukraina adalah semut. Andai kata Rusia semut, maka Ukraina adalah virusnya virus yang sama sekali tidak berbahaya untuk kesehatan semut.

Melawan balatentara Rusia dengan balatentara Ukrania sama konyol dengan menjerumuskan balatentara Ukraina ke jurang bunuh diri massal sambil tak terhitung jumlah rakyat Ukraina termasuk kaum perempuan dan anak-anak tak berdosa jatuh sebagai korban perang antara Rusia dan Ukraina yang berkelanjutan sejak Ukraina melepaskan diri dari Uni Soviyet.

Maka sebagai pendiri Sanggar Pembelajaran Kemanusiaan yang prihatin atas nasib sesama manusia terpaksa harus jatuh sebagai korban perang, dengan penuh kerendahan hati saya memberanikan diri menyampaikan sebuah saran agar Presiden Ukraina berkenan menjalin komunikasi dengan Presiden Rusia untuk memohon kemurahan hari Presiden Rusia berkenan menghentikan operasi militer terhadap Ukrania.

Sebagai warga Ukraina yang telah dipilih oleh rakyat Ukraina untuk menjadi Presiden Ukrania adalah kewajiban asasi Volodymyr Zelenski bertanggung jawab penuh atas keselamatan nyawa setiap rakyat Ukraina yang tidak berdosa apa pun kecuali menjadi rakyat Ukraina.

Seorang Presiden bertanggung jawab atas keselamatan rakyat, bukan sebaliknya! Jangankan puluhan sementara satu saja rakyat jatuh sebagai korban sebenarnya sudah terlalu banyak!

Bagi yang tidak percaya amanat penderitaan rakyat Ukraina yang saya suarakan, silakan bertanya langsung kepada sanak keluarga yang ditinggalkan oleh yang terbunuh akibat konflik militer Rusia versus Ukraina.

Insya Allah Presiden Rusia masih memiliki nurani kemanusiaan adil dan beradab untuk berkenan menghentikan operasi militer Rusia di persada Ukraina.

Pada hakikatnya saran saya memang dilematis bak makan buah simalamakama sambil juga potensial menjadi gonggongan anjing tidak dihiraukan khilafah berlalu.

Sama sekali tidak ada kewajiban bagi Presiden Ukraina untuk memohon belas kasihan Presiden Rusia menghentikan serangan ke Ukraina.

Sama halnya tidak ada kewajiban Presiden Rusia mengabulkan permohonan belas kasihan dari Presiden Ukraina. Keduanya EGP alias Emang Gue Pikirin.

Bahkan jika memohon belas kasihan Presiden Putin, maka Presiden Ukraina rawan dikecam sebagai pengecut akibat alih-alih berani maju tak gentar membela negara, bangsa dan rakyatnya malah mengemis belas kasihan dari pihak lawan.

Namun di sisi lain jika Presiden Ukraina nekad maju tak gentar melawan angkara murka angkatan bersenjata Rusia, maka satu per satu nyawa warga Ukrania yang tidak berdosa dikorbankan demi mempertahankan citra keperwiraan Presiden Ukrania membela bangsa, negara dan rakyat Ukraina.

Maka keputusan akhir tetap berada di tangan Presiden Ukrania untuk peduli atau tidak peduli saran saya yang memang sama sekali bukan warga Ukrania namun sekadar prihatin atas nasib rakyat Ukraina yang jatuh sebagai korban konflik bersenjata antara Rusia dan Ukraina.

Andai kata Presiden Ukraina berkenan merendahkan harkat dan martabat pribadi diri sendiri untuk memohon belas kasihan Presiden Rusia dan ternyata Presiden Rusia masih memiliki nurani kemanusiaan adil dan beradab sehingga bermurah hati mengabulkan permohonan Presiden Ukraina, maka saya tidak berdaya apa pun kecuali menominasikan Vlodomyr Zelenski bersama Vladimir Putin untuk bersama menjadi para penerima anugerah Nobel untuk perdamaian. MERDEKA!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Perpanjang Pajak STNK Harus Bawa KTP Asli Pemilik Kendaraan, Bagaimana jika Sudah Meninggal?

Perpanjang Pajak STNK Harus Bawa KTP Asli Pemilik Kendaraan, Bagaimana jika Sudah Meninggal?

Tren
Air Kelapa Muda Vs Air Kelapa Tua Sehat Mana? Ini Beda dan Manfaatnya

Air Kelapa Muda Vs Air Kelapa Tua Sehat Mana? Ini Beda dan Manfaatnya

Tren
Tari Rangkuk Alu Jadi Google Doodle Hari Ini, Apa Alasannya?

Tari Rangkuk Alu Jadi Google Doodle Hari Ini, Apa Alasannya?

Tren
3 Artefak Langka Majapahit Ditemukan di AS, Nilainya Rp 6,5 Miliar

3 Artefak Langka Majapahit Ditemukan di AS, Nilainya Rp 6,5 Miliar

Tren
Penjelasan Kemenpora dan MNC Group soal Aturan Nobar Indonesia Vs Uzbekistan

Penjelasan Kemenpora dan MNC Group soal Aturan Nobar Indonesia Vs Uzbekistan

Tren
Ilmuwan Temukan Salah Satu Bintang Tertua di Alam Semesta, Terletak di Galaksi Tetangga

Ilmuwan Temukan Salah Satu Bintang Tertua di Alam Semesta, Terletak di Galaksi Tetangga

Tren
Korsel Akan Beri Insentif Rp 1 Miliar untuk Bayi yang Baru Lahir, Apa Alasannya?

Korsel Akan Beri Insentif Rp 1 Miliar untuk Bayi yang Baru Lahir, Apa Alasannya?

Tren
5 Air Rebusan untuk Atasi Jerawat, Salah Satunya Jahe dan Kunyit

5 Air Rebusan untuk Atasi Jerawat, Salah Satunya Jahe dan Kunyit

Tren
[POPULER TREN] Dampak La Nina bagi Indonesia | Beberapa Makanan Mengandung MIkroplastik

[POPULER TREN] Dampak La Nina bagi Indonesia | Beberapa Makanan Mengandung MIkroplastik

Tren
Benarkah Parkir Liar Bisa Dipidana 9 Tahun? Ini Penjelasan Ahli Hukum

Benarkah Parkir Liar Bisa Dipidana 9 Tahun? Ini Penjelasan Ahli Hukum

Tren
10 Makanan Kolesterol Tinggi yang Sebaiknya Dihindari

10 Makanan Kolesterol Tinggi yang Sebaiknya Dihindari

Tren
Vaksin Kanker Serviks Gratis Disebut Hanya untuk Perempuan Maksimal Usia 26 Tahun, Ini Kata Kemenkes

Vaksin Kanker Serviks Gratis Disebut Hanya untuk Perempuan Maksimal Usia 26 Tahun, Ini Kata Kemenkes

Tren
Abbosbek Fayzullaev, Pemain Uzbekistan yang Nilainya Rp 86,91 miliar

Abbosbek Fayzullaev, Pemain Uzbekistan yang Nilainya Rp 86,91 miliar

Tren
Ganti Oli Motor Pakai Minyak Goreng Diklaim Buat Tarikan Lebih Enteng, Ini Kata Pakar

Ganti Oli Motor Pakai Minyak Goreng Diklaim Buat Tarikan Lebih Enteng, Ini Kata Pakar

Tren
6 Suplemen yang Bisa Dikonsumsi Saat Olahraga, Apa Saja?

6 Suplemen yang Bisa Dikonsumsi Saat Olahraga, Apa Saja?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com