Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Cumicumimologi

Kompas.com - 05/02/2022, 08:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

MENARIK, bahasa Indonesia kerap menggunakan kata ulang sebagai sebutan untuk jenis satwa seperti, misalnya, kupu-kupu, undur-undur, kura-kura, berang-berang, kunang-kunang dan cumi-cumi.

Cumi-cumi

Dalam bahasa Inggris, cumi-cumi disebut sebagai squid, sementara di dalam bahasa Jerman disebut sebagai Tintenfish alias ikan-tinta sesuai zat sejenis tinta berwarna ungu yang kerap disemprotkan sebagai tabir awan oleh cumi-cumi demi melindungi diri dari predator cumi-cumi.

Saya sempat keliru dalam menduga cumi-cumi sama dengan gurita memiliki delapan tangan. Sebenarnya tangan cumi-cumi berjumlah sepuluh terdiri dari delapan lengan dan dua tentakel.

Cumi-cumi merupakan satu di antara sekitar 300 cephalopod berlengan sepuluh di dalam ordo tetoidea yang mampu meluncur sendirian atau sebagai bagian dari kelompok plankton yang mengambang di lautan bebas mau pun perairan pesisir.

Tubuh cumi-cumi berbentuk tabung tubular memanjang dengan 10 lengan di mana dua di antaranya berkembang menjadi tentakel dengan empat baris penghisap dilengkapi gigi bertanduk cincin-cincin tajam.

Tubuh cumi-cumi diperkuat dengan cangkang internal terbuat dari semacam tulang rawan. Kedua mata cumi-cumi terletak di sisi kepala.

Cara reproduksi cumi-cumi beranekaragam, mulai dari meletakkan telur-telur di ganggang laut sampai ke dasar lautan.

Bayi cumi-cumi ada yang berbentuk seperti cumi-cumi dewasa, tapi ada pula yang menyerupai larva plankton.

Ada pula jenis cumi-cumi yang tubuhnya mampu bersinar di dalam laut seperti kunang-kunang di daratan.

Ukuran panjang tubuh berikut lengan cumi-cumi juga beranekaragam mulai dari cumi-cumi mini sekedar 1,6 sentimeter sampai ke cumi-cumi raksasa berukuran 20 meter.

Architeuthis

Nama latin cumi-cumi raksasa adalah Architeuthis yang kerap dilegendakan sebagai monster lautan.

Sampai masa kini taksonomi Architeuthis masih kontroversial diperdebatkan oleh para cephalopodis.

Secara morfologis pada hakikatnya cumi-cumi raksasa mirip cumi-cumi bukan raksasa dalam hal satu kepala dengan dua mata, delapan lengan, dua tentakel serta pada tubuh menempel dua sirip.

Pada tahun 2001, marinabiologis Selandia Baru, Steve O’Shea sempat menemukan remaja cumi-cumi raksasa, namun gagal meneliti di laboratorium.

Pada tahun 2004, para oceanolog Jepang menangkap cumi-cumi raksasa di kedalaman 900 meter Samudera Pasifik Utara.

Namun baru pada tahun 2012, para ilmuwan Museum Sains Nasional Jepang berhasil merekam video tentang cumi-cumi raksasa yang berenang bebas di kedalaman 900 meter lautan di dekat pulau Chichi.

Segenap data saintifik itu membenarkan khayalan di dalam mahakarya fiksi ilmiah berjudul Vingt mille lieues sous les mers tentang keberadaan mahluk-mahluk raksasa di dalam samudera planet bumi yang ditulis oleh Jules Verne sekitar tahun 1870.

Ternyata kini terbukti bahwa legenda yang diyakini para pelaut Norwegia tentang kraken yang juga hadir di mitologi Yunani kuno bukan sekadar takhayul atau halusinatif belaka, namun benar-benar nyata hadir pada kenyataan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com