SUDAH melumrah di atas panggung kehidupan nyata mau pun fiktif selalu ada yang berperan sebagai protagonis dan antagonis.
Protagonis senantiasa baik, sementara antagonis niscaya jahat.
Namun ada pula tokoh antagonis yang tidak jahat seperti Oskar Schindler sebagai warga Jerman Nazi pada masa Perang Dunia II menyelamatkan ratusan nyawa kaum Yahudi.
Sergei Gorbachev sebagai tokoh pemimpin Uni Soviet mendambakan demokrasi sehingga akhirnya Uni Soviet bubar.
Douwes Dekker sebagai warga Belanda keras mengritik penindasan Belanda terhadap rakyat Hindia Belanda.
Atau Kumbakarna yang dengan berat hati menentang nurani diri sendiri terpaksa melawan agresi laskar wanara Sri Rama demi membela kerajaan keluarganya.
Di dalam kisah Mahabharata mau pun Wayang Purwa ternyata tidak semua anggota keluarga besar Kurawa jahat.
Namun, kedua tokoh Kurawa tidak jahat itu memang tidak populer, bahkan nyaris tidak ada yang mengenalnya. Mungkin akibat dianggap merusak keyakinan bahwa protagonis harus jahat.
Menurut Mahabharata asli India, tampil seorang Kurawa tidak jahat bernama Yuyutsu yang juga disebut sebagai Vaishyputra.
Meski merupakan putra Dristarastra, namun Yuyutsu senantiasa berpihak ke lima putra Pandu, yaitu Pandawa. Maka Yuyutsu dianggap pengkhinat oleh Kurawa.
Yuyutsu sempat membocorkan rahasia Duryudana meracuni Bima sehingga menyelamatkan Bima dari kematian.
Sebelum Bharatayuda di Kurusetra, Yuyutsu seperti Wibisono terang-terangan berpihak ke pihak lawan.
Yuyutsu merupakan satu-satunya putra Dristarastra yang tidak gugur di Bharatayuda.
Bahkan seusai Bharatayuda, ketika mewariskan tahta Hastinapura kepada Parikesit yang masih terlalu muda, Yudistira mempercayakan manajemen Hastinapura kepada Yuyutsu.
Di dalam Mahabharata, Yuyutsu dikenang atas kepemilihan dirinya ke jalan Dharma dan Kebenaran.