Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Mengenang "The Grand Oldman" Haji Agus Salim

Kompas.com - 04/11/2021, 07:30 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hari ini 67 tahun lalu, The Grand Oldman Haji Agus Salim tutup usia pada 4 November 1954.

Haji Agus Salim dikenal sebagai seorang dipolmat ulung pada zamannya.

Haji Agus Salim lahir pada 8 Oktober 1884 di Bukittinggi. Sebenarnya, ia memiliki nama lahir Masyudul Haq.

Asvi Warman dalam artikelnya "Agus Salim, Manusia Merdeka" yang dimuat dalam Harian Kompas, 21 Agustus 2004, menuliskan, nama itu terinspirasi dari seorang tokoh dari buku yang dibaca ayahnya, Sutan Mohammad Salim.

Ketika kecil, Masyudul diasuh oleh seorang pembantu asal Jawa yang memanggil anak majikannya dengan "Den Bagus" yang kemudian disingkat menjadi "Gus".

Dari panggilan itu, teman sekolah dan guru-gurunya pun memanggilnya "Agus".

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Majalah Billboard Terbit 1 November 1894

Kejeniusannya sudah terlihat sejak kecil. Haji Agus Salim merupakan lulusan Eurpese Lagere School (ELS) dan Hogere Burger School (HBS) di Jakarta.

Setelah lulus dari HBS, Agus Salim memiliki keinginan untuk melanjutkan pendidikannya di bidang kedokteran di Belanda.

Akan tetapi, gaji orangtuanya yang hanya F-150 sebulan mengurungkan niatnya untuk pergi ke Belanda.

Mengetahui hal itu, R.A. Kartini menuliskan surat kepada Nyonya J.H. Abendanon. Ia berharap agar beasiswa atas namanya dialihkan kepada Agus Salim.

"Kami tertarik sekali kepada seorang anak muda ini. Kami ingin dia dikaruniai bahagia. Anak muda itu namanya Salim, ia orang Sumatera asal Riau yang dalam tahun ini mengikuti ujian penghabisan sekolah menengah HBS dan ia keluar sebagai juara. Juara pertama dari ketiga-tiga HBS.

Anak muda itu ingin sekali pergi ke Negeri Belanda untuk belajar menjadi dokter. Sayang sekali, keadaan keuangannya tidak memungkinkan. Gaji ayahnya cuma F 150 sebulan. Tanyakan pada Hasim tentang anak muda itu. Nampaknya dia seorang pemuda yang hebat yang pantas diberi bantuan," demikian penggalan isi surat Kartini, seperti dikutip dari Harian Kompas, 8 Oktober 1984.

Namun, usulan itu tidak terwujud. Agus Salim tetap tinggal di Indonesia dan menjadi tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Gempa Mentawai M 7,7 dan Tsunami, Ratusan Orang Tewas

Karier diplomatik

Karier diplomatik Haji Agus Salim sudah dimulai sejak usia muda, yaitu ketika bekerja di Konsulat Belanda di Jeddah.

Pada 1930, Agus Salim kembali memperoleh kesempatan menghadiri International Labour Conference di Geneva mewakili Sarekat Sekerja Belanda NVV (Nederlandsch Verbond van Vereenigingen) di Belanda.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com