Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Prediksi Gelombang Ketiga Disebut "Plandemic", Ini Respons Epidemiolog

Kompas.com - 30/10/2021, 17:30 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 sudah berlangsung sejak awal 2020 di seluruh negara, tak terduga Indonesia.

Indonesia sudah mengalami 2 kali puncak infeksi virus Corona dan gelombang ketiga diprediksi akan datang pada akhir 2021 hingga awal 2022.

Sebagaimana Epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman yang juga memprediksi pada Desember 2021.

"Dulu saya memprediksi Oktober, tapi ini berubah lagi, jadi Desember (2021)," kata Dicky, sebagaimana diberitakan Kompas.com, Minggu (19/9/2021).

Namun sayangnya, sebagian masyarakat masih menggangap prediksi ini bukti pandemi sesuatu yang telah direncanakan.

Kasus meningkat bersamaan perayaan hari besar keagamaan atau jadwal tahun ajaran baru. Istilah "Plandemic" pun muncul.

Bagaimana epidemiolog menjawab hal ini?

Baca juga: Gelombang Ketiga Covid-19 RI Diprediksi Desember, Ini Peringatan Epidemiolog

Respons epidemiolog

Epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman memberikan penjelasannya.

"Ini sebetulnya sangat logis untuk berpikir rasional. Hukum itu bukan hukum fisika atau matematika saja, tetapi ada hukum biologi. Jika kita melakukan A akan terjadi B, jika melakukan B akan terjadi C, seperti itu juga hukum biologi," ujar Dicky, saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (30/10/2021).

Pada momen-momen tertentu, misalnya pada acara hari libur, perpindahan dan interaksi yang terjadi di tengah masyarakat akan menyebabkan peningkatan (kasus).

Di sana bibit penyakit, dalam hal ini virus corona, menyebar melalui udara akan tersebar.

"Kalau bicara penyakit menular yang penularannya melalui udara, yang kita lakukan melakukan mobilitas, yang terpenting adalah divaksin. Berinteraksi di sini hukum biologi yang berlaku. Virus ikut menyebar," jelas dia.

Baca juga: Gelombang Ketiga Covid-19 di Indonesia akan Separah Apa? Ini Kata Kemenkes

Konsep dasar ini yang bisa disampaikan untuk menjelaskan bahwa prediksi yang disampaikan para ahli adalah berbasis ilmu pengetahuan.

"Di sejarah awal abad kedokteran modern, penyakit menular yang diprediksi di abad 18 adalah menyadari penyakit ini bisa diperburuk dengan pergerakan manusia," ungkap dia.

Banyaknya masyarakat yang salah mengartikan prediksi yang disampaikan ahli, menurut Dicky, wajar terjadi.

Hal ini karena adanya konflik kepentingan.

"Ini hal yang relatif sederhana, tapi sering kali orang tidak menggunakan akalnya malah pakai emosi, karena terganggu zona nyamannya, karena ada konflik kepentingan,  tidak bisa berpergian. Tidak ditentukan kadar intelektualnya," pungkas Dicky.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com