KOMPAS.com - Hai, apa kabarmu?
Semoga sehat dan mulai bisa menata diri dengan perubahan yang dimungkinkan karena membaiknya sejumlah indikasi terkait pandemi.
Beberapa hari terakhir ini, setelah menahan diri tidak beraktivitas di luar rumah untuk pekerjaan, saya melakukan perjalanan ke Yogyakarta.
Perjalanan ke Yogyakarta saya tempuh sekitar tujuh jam dari tempat saya tinggal di Tangerang Selatan.
Halusnya jalan tol dan lalu lintas yang lancar meskipun cukup ramai, membuat perjalanan sekitar 585 kilometer nyaris tanpa hambatan.
Hambatan wajar dan berulang saya dapati setelah keluar Gerbang Tol Colomadu sampai Kota Yogyakarta yaitu lampu pengatur lalu lintas dan kendaraan atau orang yang menyeberang. Hambatan lain tidak ada.
"Polisi" yang ditidurkan berbaris-baris di depan markas tentara di jalan raya nasional di Kartasura, Jawa Tengah tidak saya lihat sebagai hambatan.
Karena sudah melintasinya puluhan tahun, saya sudah memakluminya. Begitulah kelakuan umum mereka yang berkuasa. Itu kesimpulan saya.
Meskipun ada alternatif jalan lain menuju Yogyakarta seperti Boyolali, saya kerap memilih jalur Kartasura. Saya ingin merawat kesadaran saya akan kelakuan umum para pengusa.
Juga ketika nanti pemerintah melanjutkan pembangunan jalan tol dari Solo sampai Yogyakarta, jalur Kartasura akan tetap jadi pilihan saya.
Sekali lagi, saya ingin merawat kesadaran saya soal kelakuan umum para penguasa.
Karena adanya peluang merawat kesadaran ini, terima kasih markas tentara di Kartasura. Juga markas-markas tentara lainnya yang latah mengikutinya.
Oya, perjalanan ke Yogyakarta ini adalah perjalanan saya yang terunda.
Setelah adanya perbaikan situasi pandemi dan level PPKM sejumlah daerah diturunkan berdasarkan data, perjalanan ke Yogyakarta saya lakukan.