Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Marak Tes Swab Antigen Covid-19 Sendiri, Ini Penjelasan Dokter

Kompas.com - 18/07/2021, 15:15 WIB
Maulana Ramadhan

Penulis

KOMPAS.com - Tes swab antigen merupakan salah satu metode untuk mendeteksi adanya infeksi Covid-19 pada tubuh.

Meski tingkat akurasinya tidak setinggi swab PCR, tes swab antigen masih cukup efisien sebagai tes awal untuk mendeteksi infeksi Covid-19.

Namun belakangan, tes swab antigen sendiri mulai marak ditemui. Padahal, tes Covid-19 yang dilakukan dengan mengusap bagian dalam rongga hidung ini berisiko, terutama jika bukan dilakukan oleh tenaga ahli.

Baca juga: Selesai Isolasi Mandiri, Apakah Perlu Tes Swab PCR Lagi?

Melansir Kompas Sains, dokter Spesialis Patologi Klinik Primaya Hospital Bhakti Wara, dr. Nafiandi, Sp.PK mengatakan, swab antigen adalah suatu pemeriksaan laboratorium yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi.

Tenaga kesehatan dimaksud yakni analis kesehatan yang bertugas di bawah pengawasan dokter spesialis patologi klinik.

"Karena proses pengambilan sampelnya memerlukan pengetahuan secara anatomi sampai sejauh mana swab itu masukkan ke dalam hidung, tujuannya untuk memastikan sampelnya benar," kata dr Nafiandi saat dihubungi Kompas.com, Senin (12/7/2021).

Tidak hanya itu, tenaga kesehatan tersebut juga harus mengantongi surat tanda registrasi (STR) dan izin praktek.

Baca juga: Bahaya Tes Swab Antigen Sendiri, Negatif Palsu hingga Pendarahan Hidung

Menurutnya, pemeriksaan Covid-19 yang dilakukan oleh orang yang memiliki kompetensi atau tenaga kesehatan memiliki risiko yang berbahaya.

Salah satunya kesalahan pengambilan sampel, akibatnya hasil tes Covid-19 yang keluar bisa salah juga.

Bukan itu saja, pengambilan sampel tes Covid-19 melalui swab antigen sendiri, kata dr Nafiandi, juga berpotensi mengarah pada hasil tes negatif palsu.

"Artinya, sebenarnya orang tersebut ada Covid-19, tetapi pemeriksaan swab yang dilakukannya tidak benar, yang mengakibatkan hasil tes swab antigen menjadi negatif," ungkap dr Nafiandi.

Jika hal itu terjadi, orang tersebut akan menganggap dirinya tidak terkena Covid-19, sehingga dia berpotensi melakukan kontak dengan banyak orang, yang kemudian menyebabkan penularan virus corona.

Bisa sebabkan cedera hidung

Risiko berbahaya yang diakibatkan tes swab antigen sendiri bukan hanya soal hasil. Dr Nafiandi mengungkapkan, tes swab antigen yang dilakukan bukan oleh ahlinya dapat berpotensi menyebabkan cedera pada hidung.

Sebab, seperti disebutkan sebelumnya, pengambil sampel harus memahami betul anatomi lubang hidung dengan baik.

"Karena tidak mengetahui secara anatomi tentang lubang hidung dan sampai sedalam apa swab-nya (harus) dimasukkan, serta hasil yang (bisa) negatif palsu," jelas dr Nafiandi.

Cedera hidung yang bisa terjadi jika melakukan swab antigen Covid-19 sendiri, yakni dapat menyebabkan iritasi pada rongga hidung. Bahkan, dapat saja kapas (dacron) pada alat swab antigen tertinggal di dalam rongga hidung.

"Cedera lainnya yang bisa dialami juga seperti sakit berlebihan karena cara memasukkan alat swab antigen tidak benar," imbuh dr Nafiandi.

Baca juga: Jangan Sembarangan Tes Swab Antigen Covid-19 Sendiri, Kenali Bahayanya

(Sumber:Kompas.com/Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas | Editor: Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kronologi Kecelakaan Motor Harley-Davidson di Probolinggo, Dokter dan Istrinya Jadi Korban

Kronologi Kecelakaan Motor Harley-Davidson di Probolinggo, Dokter dan Istrinya Jadi Korban

Tren
Ramai soal Setop Imunisasi Anak, Apa Dampaknya pada Tubuh Si Kecil?

Ramai soal Setop Imunisasi Anak, Apa Dampaknya pada Tubuh Si Kecil?

Tren
Analogi Shin Tae Yong dan Wibisana

Analogi Shin Tae Yong dan Wibisana

Tren
Indonesia Masih Berpeluang Lolos ke Olimpiade Paris 2024, Ini Skenarionya

Indonesia Masih Berpeluang Lolos ke Olimpiade Paris 2024, Ini Skenarionya

Tren
Indonesia Mulai Memasuki Musim Kemarau, Kapan Puncaknya?

Indonesia Mulai Memasuki Musim Kemarau, Kapan Puncaknya?

Tren
Ilmuwan Pecahkan Misteri 'Kutukan Firaun' yang Tewaskan 20 Orang Saat Membuka Makam Tutankhamun

Ilmuwan Pecahkan Misteri "Kutukan Firaun" yang Tewaskan 20 Orang Saat Membuka Makam Tutankhamun

Tren
3 Keputusan VAR yang Dinilai Rugikan Garuda Muda di Laga Indonesia Vs Uzbekistan

3 Keputusan VAR yang Dinilai Rugikan Garuda Muda di Laga Indonesia Vs Uzbekistan

Tren
Bea Cukai Jadi Sorotan Publik, Pemerhati Kritisi Persoalan Komunikasi dan Transparansi

Bea Cukai Jadi Sorotan Publik, Pemerhati Kritisi Persoalan Komunikasi dan Transparansi

Tren
Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Kelapa Muda? Ini Kata Ahli

Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Kelapa Muda? Ini Kata Ahli

Tren
Kata Media Asing soal Kekalahan Indonesia dari Uzbekistan, Soroti Keputusan Kontroversial Wasit

Kata Media Asing soal Kekalahan Indonesia dari Uzbekistan, Soroti Keputusan Kontroversial Wasit

Tren
Pengakuan Guru SLB soal Alat Belajar Tunanetra yang Ditahan Bea Cukai

Pengakuan Guru SLB soal Alat Belajar Tunanetra yang Ditahan Bea Cukai

Tren
Ikan Kembung, Tuna, dan Salmon, Mana yang Lebih Baik untuk MPASI?

Ikan Kembung, Tuna, dan Salmon, Mana yang Lebih Baik untuk MPASI?

Tren
Sosok Shen Yinhao, Wasit Laga Indonesia Vs Uzbekistan yang Tuai Kontroversi

Sosok Shen Yinhao, Wasit Laga Indonesia Vs Uzbekistan yang Tuai Kontroversi

Tren
Daftar Provinsi yang Menggelar Pemutihan Pajak Kendaraan Mei 2024

Daftar Provinsi yang Menggelar Pemutihan Pajak Kendaraan Mei 2024

Tren
Jadi Faktor Penentu Kekalahan Indonesia di Semifinal Piala Asia U23, Apa Itu VAR?

Jadi Faktor Penentu Kekalahan Indonesia di Semifinal Piala Asia U23, Apa Itu VAR?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com