Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Mustakim
Jurnalis

Eksekutif Produser program talkshow Satu Meja The Forum dan Dua Arah Kompas TV

Hari Raya dan Ancaman Ledakan Corona

Kompas.com - 05/05/2021, 13:33 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

DUA pekan jelang lebaran, pusat-pusat perbelanjaan diserbu pengunjung hingga memicu kerumunan. Kondisi ini dikhawatirkan akan membuat virus Corona makin merajalela dan memicu klaster baru.

Dari Pasar Tanah Abang semua berawal. Lautan manusia yang berjejal di pasar tersebut viral di media sosial. Pasar tekstil terbesar di Asia Tenggara yang terletak di Jakarta Pusat ini diserbu pengunjung.

Tak hanya Tanah Abang, sejumlah mal di Ibu Kota dan kota-kota besar lainnya juga menjadi perhatian karena dipadati pengunjung jelang Lebaran.

Baca juga: Dua Pekan ke Depan, Epidemiolog Prediksi Ada Kenaikan Kasus Covid-19 akibat Kerumunan di Tanah Abang

Kondisi ini dikritik banyak kalangan. Pasalnya, saat ini negeri ini masih diselimuti pandemi. Kerumunan di pasar Tanah Abang dan sejumlah mal tersebut dikhawatirkan akan memicu klaster baru dan menambah panjang daftar kasus positif Covid-19 di Indonesia.

Maraknya orang yang berbelanja jelang lebaran yang mengabaikan protokol kesehatan bisa memperparah penularan Covid-19 yang meningkat sepanjang Ramadan.

Satgas mencatat, sepanjang Ramadan ini terjadi peningkatan kasus positif Covid-19. Peningkatan ini salah satunya dipicu dari aktivitas buka bersama.

Ledakan kasus

Epidemiolog dari Universitas Indonesia Pandu Riono mengingatkan, dibolehkannya aktivitas masyarakat di bulan Ramadan seperti buka puasa bersama, shalat tarawih, dan aktivitas berbelanja di tengah menurunnya kepatuhan masyarakat menerapkan protokol kesehatan bisa memicu ledakan kasus Covid-19.

Data yang dihimpun Satgas Penanganan Covid-19, kasus harian virus Corona di Indonesia rata-rata 5.000 setiap hari.

Jumlah pasien yang dirawat di Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet Jakarta juga meningkat dalam tiga pekan terakhir. Berdasarkan data yang dirilis Satgas Covid-19, hingga Selasa (4/5/2021) kasus positif Covid-19 di Indonesia sudah mencapai 1.686.373 orang.

Baca juga: Pasien Covid-19 di Wisma Atlet Meningkat, Diduga Efek Liburan Panjang Paskah

Meningkatnya aktivitas masyarakat di bulan Ramadan seperti berbelanja, buka puasa bersama dan shalat tarawih berpotensi memicu klaster penularan baru. Apalagi jika semua aktifitas ini dilakukan dengan mengabaikan protokol kesehatan.

Selain Ramadan, momentum Lebaran atau Idul Fitri juga harus menjadi perhatian. Karena, biasanya lalu lintas orang akan meningkat di hari raya Idul Fitri. Tradisi silaturahmi dan berkunjung ke tetangga serta sanak famili bisa menambah parah pandemi.

Kita harus belajar dari libur panjang yang bisa membuat lonjakan penularan virus Corona. Kondisi itu akan semakin mengkhawatirkan bila mobilisasi warga tidak dikendalikan.

Belajar dari India

Lautan manusia di pasar Tanah Abang dan berjubelnya pengunjung di pusat-pusat perbelanjaan lainnya harus menjadi perhatian semua.

Apalagi ini dilakukan di tengah ledakan kasus di India dan sejumlah negara lain serta kemampuan mutasi virus yang mematikan ini.

Kita harus belajar dari India. Negara ini sebelumnya dipuji karena berhasil mengendalikan pandemi dan mampu menekan penyebaran covid-19.

Baca juga: Belajar dari Lonjakan Kasus Covid-19 di India, Malaysia, dan Jakarta

 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Cara Memindahkan Foto dan Video dari iPhone ke MacBook atau Laptop Windows

Cara Memindahkan Foto dan Video dari iPhone ke MacBook atau Laptop Windows

Tren
Video Viral Pusaran Arus Laut di Perairan Alor NTT, Apakah Berbahaya?

Video Viral Pusaran Arus Laut di Perairan Alor NTT, Apakah Berbahaya?

Tren
Sosok Rahmady Effendi Hutahaean, Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta yang Dilaporkan ke KPK

Sosok Rahmady Effendi Hutahaean, Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta yang Dilaporkan ke KPK

Tren
Harta Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Disebut Janggal, Benarkah Hanya Rp 6,3 Miliar?

Harta Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Disebut Janggal, Benarkah Hanya Rp 6,3 Miliar?

Tren
5 Potensi Efek Samping Minum Susu Campur Madu yang Jarang Diketahui

5 Potensi Efek Samping Minum Susu Campur Madu yang Jarang Diketahui

Tren
5 Penyebab Anjing Peliharaan Mengabaikan Panggilan Pemiliknya

5 Penyebab Anjing Peliharaan Mengabaikan Panggilan Pemiliknya

Tren
8 Fakta Penggerebekan Laboratorium Narkoba di Bali, Kantongi Rp 4 Miliar

8 Fakta Penggerebekan Laboratorium Narkoba di Bali, Kantongi Rp 4 Miliar

Tren
UPDATE Banjir Sumbar: 50 Orang Meninggal, 27 Warga Dilaporkan Hilang

UPDATE Banjir Sumbar: 50 Orang Meninggal, 27 Warga Dilaporkan Hilang

Tren
Rusia Temukan Cadangan Minyak 511 Miliar Barel di Antarktika, Ancam Masa Depan Benua Beku?

Rusia Temukan Cadangan Minyak 511 Miliar Barel di Antarktika, Ancam Masa Depan Benua Beku?

Tren
Duduk Perkara Kepala Bea Cukai Purwakarta Dibebastugaskan, Buntut Harta Kekayaan Tak Wajar

Duduk Perkara Kepala Bea Cukai Purwakarta Dibebastugaskan, Buntut Harta Kekayaan Tak Wajar

Tren
Ini yang Terjadi pada Tubuh Ketika Anda Latihan Beban Setiap Hari

Ini yang Terjadi pada Tubuh Ketika Anda Latihan Beban Setiap Hari

Tren
Pendaftaran Sekolah Kedinasan Dibuka Besok, Berikut Link, Jadwal, Formasi, dan Cara Daftar

Pendaftaran Sekolah Kedinasan Dibuka Besok, Berikut Link, Jadwal, Formasi, dan Cara Daftar

Tren
Ramai soal Ribuan Pendaki Gagal 'Muncak' di Gunung Slamet, PVMBG: Ada Peningkatan Gempa Embusan

Ramai soal Ribuan Pendaki Gagal "Muncak" di Gunung Slamet, PVMBG: Ada Peningkatan Gempa Embusan

Tren
Apa yang Terjadi pada Tubuh Saat Berhenti Minum Teh Selama Sebulan?

Apa yang Terjadi pada Tubuh Saat Berhenti Minum Teh Selama Sebulan?

Tren
Bisakah Hapus Data Pribadi di Google agar Jejak Digital Tak Diketahui?

Bisakah Hapus Data Pribadi di Google agar Jejak Digital Tak Diketahui?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com