Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penjelasan Komnas KIPI soal Bukti, Penyebab, dan Reaksi Vaksin Covid-19

Kompas.com - 06/04/2021, 19:02 WIB
Rosy Dewi Arianti Saptoyo,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas KIPI) menyarankan agar tetap melanjutkan vaksinasi Covid-19.

Ketua Komnas KIPI, Hindra Irawan Safari, mengatakan, KIPI adalah hal yang wajar terjadi ketika vaksinasi.

"Kejadian ikutan pasca imunisasi itu adalah sesuatu yang wajar. Karena itu cermin dari respons kekebalan dari seseorang," kata Hindra melalui siaran virtual di YouTube Kementerian Kesehatan RI, Minggu (4/2/2021).

Baca juga: Bolehkah Penderita Diabetes yang Juga Penyintas Covid-19 Menerima Vaksin?

KIPI sempat jadi perbincangan setelah pada Sabtu (3/4/2021) malam, Komandan Kompi Batalion A Brimob Polda Maluku Iptu LT meninggal setelah mendapatkan vaksin Covid-19.

Pada Senin (5/4/2021), Komnas KIPI menyatakan, dugaan sementara Komandan Brimob Polda Maluku Iptu LT meninggal dunia bukan karena efek dari vaksinasi Covid-19. 

Bagaimana kajian Komnas KIPI terkait kejadian ikutan pasca imunisasi?

Harus ada bukti

Hindra menjelaskan, tidak semua KIPI berkaitan dengan imunisasi.

Yang menjadi fokus kajian Komnas KIPI hanya kejadian medik setelah imunisasi dan yang diduga berhubungan dengan imunisasi.

Sejak didirikan sejak 1998, Komnas KIPI membantu pemerintah, terutama Kementerian Kesehatan, untuk mengkaji keterkaitan KIPI dan vaksinasi yang diberikan. Demikian pula dengan vaksin Covid-19.

"Harus ada 2 bukti kalau menyatakan vaksin ini memberikan reaksi KIPI," ujar Hindra.

Baca juga: Apa Saja yang Bisa Meyakinkan Orang untuk Suntik Vaksin Covid-19?

Kedua bukti tersebut, adalah:

  1. On set atau waktu pemberian dan terjadinya kejadian. Harus ada detail mengenaik jam penyuntikan, tanggal, dan detail waktu kejadian reaksi setelah imunisasi
  2. Tidak ada bukti lain selain dari imunisasi

Jika dua bukti itu tidak ada atau tidak jelas, maka harus dilakukan investigasi lebih mendalam.

"Jika masih ada kemungkinan dari penyakit lain, kita enggak bisa sebutkan ini terkait atau disebabkan oleh imunisasi. Untuk itu, diperlukan investigasi," kata Hindra.

Oleh karena itu, tidak bisa serta-merta langsung menyatakan bahwa vaksin menyebabkan kematian atau mengambil kesimpulan dini.

"Kita harus lakukan kajian berbasis bukti. Enggak bisa langsung buat kesimpulan dengan data yang minimal, pasti kesimpulannya juga tidak kuat," kata Hindra.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kebun Binatang di China Ubah Anjing Menyerupai Panda, Tuai Kecaman Pengunjung

Kebun Binatang di China Ubah Anjing Menyerupai Panda, Tuai Kecaman Pengunjung

Tren
Buntut Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Kemenhub Tuntut ASN Jaga Etika

Buntut Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Kemenhub Tuntut ASN Jaga Etika

Tren
Pekerjaan untuk Juru Parkir Liar Minimarket

Pekerjaan untuk Juru Parkir Liar Minimarket

Tren
Benarkah Kenaikan UKT Belakangan karena Campur Tangan Pemerintah?

Benarkah Kenaikan UKT Belakangan karena Campur Tangan Pemerintah?

Tren
Demonstran Israel Blokir Jalan dengan Batu, Truk Bantuan ke Gaza Tak Bisa Lewat

Demonstran Israel Blokir Jalan dengan Batu, Truk Bantuan ke Gaza Tak Bisa Lewat

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 11-12 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 11-12 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Media Asing Soroti Indonesia Vs Guinea | Ikan Tinggi Vitamin D

[POPULER TREN] Media Asing Soroti Indonesia Vs Guinea | Ikan Tinggi Vitamin D

Tren
Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Tren
Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli 'Cash', Ini Faktanya

Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli "Cash", Ini Faktanya

Tren
Pria di India Ini Memiliki Tumor Seberat 17,5 Kg, Awalnya Mengeluh Sakit Perut

Pria di India Ini Memiliki Tumor Seberat 17,5 Kg, Awalnya Mengeluh Sakit Perut

Tren
Daftar 10 Ponsel Terlaris di Dunia pada Awal 2024

Daftar 10 Ponsel Terlaris di Dunia pada Awal 2024

Tren
Ramai soal Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Ini Kata Kemenhub

Ramai soal Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Ini Kata Kemenhub

Tren
Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Tren
Warganet Sambat ke BI, Betapa Susahnya Bayar Pakai Uang Tunai di Jakarta

Warganet Sambat ke BI, Betapa Susahnya Bayar Pakai Uang Tunai di Jakarta

Tren
Daftar Bansos yang Cair Mei 2024, Ada PKH dan Bantuan Pangan Non-tunai

Daftar Bansos yang Cair Mei 2024, Ada PKH dan Bantuan Pangan Non-tunai

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com