Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[HOAKS] Video Tahan Napas untuk Cek Kondisi Paru dari Virus Corona

Kompas.com - 31/03/2021, 08:05 WIB
Tim Cek Fakta

Penulis

hoaks

hoaks!

Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, informasi ini tidak benar.

KOMPAS.com - Sebuah unggahan berisi informasi mengenai cara tes untuk mengecek kondisi paru-paru dari virus corona, beredar di media sosial pada Minggu, (28/3/2021).

Caranya yaitu dengan menahan napas dan menonton video saat sebuah titik berjalan dari posisi A ke titik B.

Dari penelusuran, informasi tersebut tidak benar atau hoaks. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa metode tersebut tidak benar.

Narasi yang beredar

Berdasarkan penelusuran Kompas.com, seorang pengguna Facebook bernama Doa Qu mengunggah status Facebook terkait uji coba tahan napas yang disebut dapat mengetahui kondisi paru-paru yang terinfeksi Covid-19.

"Assalamualaikum ?!...nih buat sobat sobat gout,nyank males gerak...jajalin nahan nafas,kalaw sampai keluar keringat,,di pastikan cabut tuh Covid...seriuzan brow...," tulis akun Facebook Doa Qu.

Unggahan itu, juga dilengkapi dengan video singkat yang menampilkan dua titik yakni titik A dan titik B.

Dalam video, seseorang diminta untuk menahan napas selama beberapa detik, dimulai dari titik A sampai titik B.

Jika berhasil menahan napas, disebutkan bahwa kondisi paru-paru tersebut sehat dari Covid-19.

Hingga Selasa, (30/3/2021), unggahan tersebut sudah di-respons sebanyak 6 kali dan 36 kali dibagikan oleh pengguna Facebook lainnya.

Penelusuran Kompas.com

Dilansir dari pemberitaan Kompas.com, (22/9/2020), dokter spesialis paru dari RS Persahabatan Jakarta, dr Elsina Syahruddin mengatakan bahwa dia tidak memahami apa tujuan dari tes tersebut.

Menurutnya, untuk mengetahui fungsi paru berfungsi baik atau tidak bisa menggunakan spirometri, bukan dengan menahan napas.

"Kalau untuk mengetahui fungsi paru maka uji fungsi paru paling sederhana dengan menggunakan spirometri yang dapat melihat adakah gangguan restriksi (pengembangan paru) atau obstruksi (gangguan aliran udara di saluran napas)," ujar Elsina kepada Kompas.com.

Ia mengatakan, uji paru yang beredar di media sosial tidak direkomendasikan di masa pandemi, karena berpotensi menyebarkan virus corona melalui aerosol.

Terkait metode spirometri, Elsina mengatakan bahwa metode itu tidak memiliki hubungan untuk mendeteksi Covid-19 dalam paru.

"Screening awal untuk Covid-19 belum berulah dari ada tidaknya kontak erat, gejala, foto toraks, beberapa hasil lab dan swab," ujar Elsina.

HOAKS ATAU FAKTA?

Jika Anda mengetahui ada berita viral yang hoaks atau fakta, silakan klik tombol laporkan hoaks di bawah ini

closeLaporkan Hoaks checkCek Fakta Lain
Berkat konsistensinya, Kompas.com menjadi salah satu dari 49 Lembaga di seluruh dunia yang mendapatkan sertifikasi dari jaringan internasional penguji fakta (IFCN - International Fact-Checking Network). Jika pembaca menemukan Kompas.com melanggar Kode Prinsip IFCN, pembaca dapat menginformasikannya kepada IFCN melalui tombol di bawah ini.
Laporkan
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 1-2 Mei 2024

BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 1-2 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Sorotan Media Asing terhadap Kekalahan Indonesia Lawan Uzbekistan | Profil Shen Yinhao, Wasit yang Picu Kontroversi

[POPULER TREN] Sorotan Media Asing terhadap Kekalahan Indonesia Lawan Uzbekistan | Profil Shen Yinhao, Wasit yang Picu Kontroversi

Tren
Siapa Sukanto Tanoto yang Disebut-sebut Disiapkan Lahan Investasi di IKN?

Siapa Sukanto Tanoto yang Disebut-sebut Disiapkan Lahan Investasi di IKN?

Tren
Mengapa Artefak Indonesia Bisa Dicuri dan Diselundupkan?

Mengapa Artefak Indonesia Bisa Dicuri dan Diselundupkan?

Tren
55 Twibbon dan Ucapan Selamat Hari Pendidikan Nasional 2024

55 Twibbon dan Ucapan Selamat Hari Pendidikan Nasional 2024

Tren
Benarkah Tak Boleh Minum Teh Setelah Makan dan Saat Haid? Ini Penjelasan Ahli Gizi UGM

Benarkah Tak Boleh Minum Teh Setelah Makan dan Saat Haid? Ini Penjelasan Ahli Gizi UGM

Tren
Daftar Negara Peserta Olimpiade Paris 2024 Cabang Sepak Bola

Daftar Negara Peserta Olimpiade Paris 2024 Cabang Sepak Bola

Tren
Melihat Kekuatan Irak, Lawan Indonesia pada Perebutan Tempat Ketiga Piala Asia U23

Melihat Kekuatan Irak, Lawan Indonesia pada Perebutan Tempat Ketiga Piala Asia U23

Tren
8 Tim yang Lolos Perempat Final Thomas dan Uber Cup 2024, Siapa Saja?

8 Tim yang Lolos Perempat Final Thomas dan Uber Cup 2024, Siapa Saja?

Tren
20 Ucapan dan Twibbon Hari Buruh 1 Mei 2024

20 Ucapan dan Twibbon Hari Buruh 1 Mei 2024

Tren
Wasit VAR Sivakorn Pu-Udom dan Kontroversinya di Piala Asia U23 2024

Wasit VAR Sivakorn Pu-Udom dan Kontroversinya di Piala Asia U23 2024

Tren
Penjelasan PVMBG soal Gunung Ruang Kembali Meletus, Bisa Picu Tsunami

Penjelasan PVMBG soal Gunung Ruang Kembali Meletus, Bisa Picu Tsunami

Tren
100 Gerai KFC Malaysia Tutup di Tengah Aksi Boikot Produk Pro-Israel

100 Gerai KFC Malaysia Tutup di Tengah Aksi Boikot Produk Pro-Israel

Tren
5 Korupsi SYL di Kementan: Biaya Sunatan Cucu, Beli Mobil untuk Anak, hingga Bayar Biduan

5 Korupsi SYL di Kementan: Biaya Sunatan Cucu, Beli Mobil untuk Anak, hingga Bayar Biduan

Tren
Apa Itu Identitas Kependudukan Digital (IKD)? Berikut Tujuan dan Manfaatnya

Apa Itu Identitas Kependudukan Digital (IKD)? Berikut Tujuan dan Manfaatnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com