Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Kacamata, Berawal dari Kekaisaran Nero di Tahun 54

Kompas.com - 23/03/2021, 14:10 WIB
Inten Esti Pratiwi

Penulis

KOMPAS.com - Kacamata digunakan untuk mengatasi gangguan penglihatan seperti myopia, hyperopia, atau astigmatism.

Jika ingin merunut sejarahnya, kacamata memiliki jalan sejarah cukup rancu. Ada banyak perbedaan penelusuran di sana sini.

Dalam laman Britannica, disebutkan bahwa ada kontroversi mengenai pengembangan ilmu dari kacamata ini. Apakah dimulai dari timur dan negara barat meniru, atau justru sebaliknya.

Yang pasti, di Itali sendiri, penggunaan kacamata tercatat sudah ada sejak tahun 1352. Yaitu di sebuah lukisan karya Tomasso Da Modena, yang menggambarkan sosok mengenakan alat bantu penglihatan seperti kacamata.

Memang sulit merunut sejarah kacamata. Banyak simpang siur yang terjadi di sepanjang jalannya. Namun yang pasti, evolusi kacamata sudah terjadi sejak kekaisaran Nero.

Baca juga: Sejarah Gudeg, Perjalanan Panjang dari Alas Mentaok

Batu cekung Kaisar Nero

Tercatat dalam sejarah, Nero, seorang kaisar Roma yang berkuasa di tahun 54 sampai 68 Masehi, diceritakan selalu memakai batu permata cekung untuk membaca atau menonton sebuah pertunjukkan gladiator.

Meski pada waktu itu belum diketahui benar alasan sang kaisar menggunakan batu tersebut. Bisa jadi untuk membantu penghilatan, atau hanya untuk menghindari sinar matahari.

Batu permata cekung adalah asal muasal kacamata. Hingga tahun bergulir, kacamata mengalami berbagai perubahan bentuk fisik juga tujuan penggunaan.

Baca juga: Sejarah KFC dan Awal Mula Pendiriannya...

Perubahan fisik

China, adalah yang mungkin jadi pelopor bentuk kacamata seperti yang sekarang ini.

Di masa lalu, kacamata terbuat dari lensa yang berbentuk oval dengan frame yang terbuat dari tempurung kura-kura. Frame ini sangat kuat, tak mudah patah atau aus.

Agar kacamata bisa bertengger stabil di mata, mereka menyematkan kawat yang diberi pemberat sehingga bisa dikaitkan ke telinga. Terkadang, mereka kaitkan pula ke topi yang tengah dikenakan.

Pada masa itu, orang China memakai kacamata hanya demi gaya semata. Bukan untuk membantu penglihatan.

Jadi seringnya mereka mengenakan kacamata tanpa lensa. Hanya bingkai saja dari tempurung kura-kura.

Baca juga: Sejarah Bulu Tangkis Dunia dan Perkembangannya di Indonesia

Berkembang di Eropa

Kacamata berkembang di Eropa mulai abad ke-13. Berbeda dengan China, orang Eropa menggunakan kacamata dengan tujuan untuk membantu penglihatan.

Untuk lensanya sendiri, sama dengan yang digunakan bangsa China, yaitu terbuat dari kristal batu atau batu yang bening transparan.

Perubahan bentuk fisik juga terjadi di Eropa. Awalnya hanya berupa kaca pembesar yang biasa dipegang oleh tangan. Kemudian menggunakan lensa ganda dengan gagang yang dikaitkan ke telinga.

Ada pula bentuk lensa ganda yang tanpa gagang melainkan tali yang bisa dilingkarkan di kepala. Lama-kelamaan mereka mmebuat tangkai dari kawat yang bisa dicantolkan ke telinga.

Penemuan lensanya sendiri sudah dimulai di abad ke-9. Yaitu Abbas Ibn Firnas yang menemukan cara menciptakan lensa sangat jernih.

Lensa ini dipotong dan diasah sehingga bisa digunakan menjadi alat bantu baca. Karena hal inilah, lensa tersebut dinamakan batu membaca.

Perkembangan kacamata ini disahkan oleh Sir Joseph Needham, seorang ilmuwan dan sejarawan Inggris.

Sir Joseph Needham mengatakan bahwa kacamata telah ditemukan di China dan tersebar ke seluruh dunia berkat sepak terjang Marco Polo di tahun 1270.

Di tahun 1784, barulah Benjamin Franklin, ilmuwan asal Amerika, berhasil menciptakan kacamata bifokal.

Kacamata bifokal adalah kacamata yang bisa digunakan untuk melihat jauh dan juga melihat dekat.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Gunung Agung Meletus 17 Maret 1963, Ribuan Orang Tewas

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com