Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jakarta, Kenapa Masih Jadi "Magnet" bagi Para Pencari Kerja?

Kompas.com - 08/11/2020, 10:10 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Selain sebagai ibu kota negara Republik Indonesia, DKI Jakarta juga menjadi pusat ekonomi dan bisnis.

Hal ini membuat Jakarta menjadi magnet bagi penduduk dari luar Jakarta untuk mencoba peruntungan hidup dengan mencari kerja di Ibu Kota.

Dilansir dari Portal Statistik Sektoral Provinsi DKI Jakarta, 6 April 2020, data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil mencatat, sebanyak 7.421 jiwa penduduk bermigrasi ke ibu Kota pada Maret 2020.

Minat masyarakat luar daerah untuk pindah ke Jakarta karena adanya persepsi bahwa kesempatan kerja lebih terbuka di Ibu Kota dibanding di daerah asal.

Akan tetapi, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), seperti diberitakan Kompas.com, Kamis (5/11/2020), pengangguran terbuka di DKI Jakarta mencapai 10,95 persen atau setara 572.780 orang pada Agustus 2020.

Jika dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya, pengangguran DKI Jakarta naik 4,41 persen atau bertambah 233.378 orang.

Baca juga: Jakarta Provinsi dengan Pengangguran Tertinggi, Anies Bilang Lapangan Kerja Tersedia

Tertinggi di Indonesia

Selain tingkat pengangguran yang meningkat sebanyak 4,41 persen, Provinsi DKI Jakarta juga menjadi provinsi dengan tingkat pengangguran tertinggi di Indonesia.

Diberitakan Kompas.com, Jumat (6/11/2020), BPS melaporkan, pada periode Agustus 2020 pengangguran mengalami peningkatan sebanyak 2,67 juta orang sehingga jumlah keseluruhan pengangguran di Indonesia menjadi 9,77 juta orang.

Dari jumlah tersebut, DKI Jakarta mendominasi dengan jumlah 10,95 persen dari total keseluruhan pengangguran yang ada di Indonesia.

Lalu, mengapa Jakarta masih menarik magnet para pencari kerja, padahal banyak pengangguran di Ibu Kota?

Ketua Prodi Pendidikan Sosiologi Antropologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS, Nurhadi, mengatakan, ada beberapa faktor yang menjadi pendorong masyarakat dari luar daerah untuk mempersepsikan Jakarta sebagai tempat mencari kerja.

"Secara peluang kerja di desa itu memang semakin sedikit peluang kerja yang ada, dan orang memang semakin sulit mencari pekerjaan," kata Nurhadi saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (7/11/2020).

Apalagi, lanjut dia, di desa lahan pertanian semakin menyempit sehingga aktivitas pertanian nyaris tidak bisa diandalkan untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Pernyataan Nurhadi tentang penyempitan lahan pertanian sesuai dengan data dari Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN).

Diberitakan Kompas.com, 4 Februari 2020, Kementerian ATR/BPN mencatat, luas baku lahan sawah nasional adalah 7,46 juta hektar pada 2019.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com