Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[KLARIFIKASI] Warga Korea Selatan Meninggal Disebut karena Vaksin Covid-19

Kompas.com - 31/10/2020, 19:30 WIB
Tim Cek Fakta

Penulis

klarifikasi

klarifikasi!

Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, ada yang perlu diluruskan terkait informasi ini.

KOMPAS.com - Beredar narasi di media sosial bahwa warga Korea Selatan meninggal dunia setelah menerima vaksin Covid-19.

Narasi tersebut keliru. Hingga Sabtu (31/10/2020), sebanyak 83 orang meninggal dunia di Korea Selatan setelah menerima vaksin flu.

Namun, otoritas kesehatan Korea Selatan menegaskan kematian tersebut tidak berhubungan langsung dengan suntikan vaksin Covid-19. 

Narasi yang Beredar

Narasi soal warga Korea Selatan meninggal dunia setelah disuntik vaksin Covid-19 diedarkan, salah satunya, oleh akun Facebook Jon Kobra.

Pada Jumat (30/10/2020) dia menulis status di akun grup Facebook sebagai berikut:

"Korsel byk warga nya yg mati setelah di suntik vaksin covid-19"

Status Facebook soal warga Korea Selatan meninggal setelah disuntuk vaksin Covid-19.Facebook Status Facebook soal warga Korea Selatan meninggal setelah disuntuk vaksin Covid-19.

Akun Facebook Noer Sam Sanova Abka juga mengedarkan narasi serupa. Pada 22 Oktober 2020 dia menulis status ini:

"Satu hari 5 orang meninggal setelah suntik Vaksin Covid19 di Korea Selatan sangat mengejutkan....."

Penjelasan

Narasi di media sosial bahwa warga Korea Selatan meninggal dunia setelah menerima vaksin Covid-19 keliru. Mereka meninggal setelah mendapat vaksin flu.

Berdasarkan artikel Kompas.com, sembilan orang Korea Selatan meninggal dunia per Rabu (21/10/2020) setelah menerima vaksin flu.

Saat itu, pejabat kesehatan Korea Selatan, Komi Joong-gon, mengatakan bahwa kematian sembilan orang tersebut tidak memiliki hubungan langsung dengan vaksinasi flu musiman.

Mengutip kantor berita lokal Yonhap News Agency, badan kesehatan Korea Selatan melaporkan hingga Sabtu (31/10/2020) sebanyak 83 orang meninggal dunia, mayoritas orang tua, setelah menerima vaksin flu. Kematian itu telah memicu kecemasan publik atas keamanan vaksin flu.

Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KDCA) menyatakan, kematian 72 orang memiliki hubungan yang sangat terbatas dengan suntikan vaksin flu. Sementara, 11 kasus lain masih diselidiki.

KDCA menjelaskan dari 83 orang yang meninggal dunia, sebanyak 37 orang berusia 70-an tahun. Sebanyak 34 orang berusia 80 tahun atau lebih dari 80 tahun, delapan orang berusia di bawah 60 tahun, dan empat orang berusia 60-an tahun.

KDCA berulang kali menyatakan mereka tidak menemukan hubungan langsung antara suntikan flu dan kematian. Otoritas kesehatan itu mendorong orang untuk mendapatkan vaksin flu sebelum musim dingin datang di tengah pandemi virus corona.

Sejauh ini, lebih dari 11,5 juta warga Korea Selatan menerima vaksin flu dari negara secara gratis. Jumlah itu setara dengan 60,9% dari tingkat vaksinasi untuk sekitar 19 juta orang, termasuk remaja dan warga lanjut usia.

Kesimpulan

Berdasarkan penelusuran tim Cek Fakta Kompas.com, narasi bahwa warga Korea Selatan meninggal dunia setelah mendapat vaksin Covid-19 tidak tepat.

Mereka meninggal dunia setelah disuntik vaksin flu. Otoritas kesehatan Korea Selatan menegaskan, kematian puluhan orang itu memiliki hubungan terbatas dengan vaksin flu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Tren
Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Tren
Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Tren
Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Tren
Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Tren
Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Tren
3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Tren
Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Tren
'Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... '

"Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... "

Tren
Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Tren
Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain'

Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain"

Tren
Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Tren
Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Tren
Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com