Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Analisis Pakar Penerbangan soal MV-22 Osprey Block C, Benarkah Sering Jatuh?

Kompas.com - 09/07/2020, 15:23 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Persoalan terkait pembelian pesawat MV-22 Osprey Block C dari Amerika Serikat ke Indonesia belum menemui titik terang.

Terlebih menurut mantan Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan Laksdya TNI (Purn) Agus Setiadji, AS melakukan klaim sepihak dalam rencana penjualan delapan pesawat tersebut.

Padahal berdasarkan siaran pers Badan Kerja Sama Pertahanan Keamanan AS (Defense Security Cooperation Agency/DSCA) pada Rabu (7/7/2020) WIB, persetujuan rencana penjualan pesawat tersebut karena Indonesia dianggap penting sebagai mitra regional penjaga stabilitas politik dan kekuatan kemajuan ekonomi di kawasan Asia-Pasifik.

"Vital bagi kepentingan nasional AS untuk membantu Indonesia dalam mengembangkan dan mempertahankan kapabilitas pertahanan diri yang kuat dan efektif," demikian bunyi pernyataan resmi DSCA, dikutip dari Kompas.id, Rabu (7/7/2020).

Baca juga: Virus Corona, Pilot, dan Pukulan Telak Industri Penerbangan...

Sementara itu, Juru Bicara Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Dahnil Anzar Simanjutak juga belum mengetahui informasi terkait pesanan atau pembelian pesawat MV-22 Osprey tersebut.

"Saya harus cek lagi," ujarnya singkat saat dikonfirmasi Kompas.com, Kamis (9/7/2020).

Dilansir Kompas.com, Rabu (8/7/2020), anggaran yang akan dirogoh pemerintah untuk mendatangkan pesawat Osprey itu mencapai 2 miliar dollar AS atau setara Rp 28,9 triliun.

MV-22 Osprey merupakan salah satu varian dari pesawat MV-22 Osprey, yang terlebih dahulu dikembangkan Boeing dan Bell Helicopter Textron pada 1997.

Baca juga: Jadi Maskapai Pelat Merah, Garuda Indonesia Berawal dari Pesawat Sewa

Banyak yang menyebut Osprey sering jatuh atau mengalami kecelakaan. Benarkah demikian?

Tidak bisa dikatakan sering jatuh

Helikopter tiltrotor MV-22 Osprey dengan baling-baling menghadap depan saat terbang.Bell Helicopter Helikopter tiltrotor MV-22 Osprey dengan baling-baling menghadap depan saat terbang.

Pengamat penerbangan Alvin Lie menjelaskan untuk menilai suatu pesawat yang jatuh, ada banyak aspek yang perlu diperhatikan.

Dia mengatakan penyebab jatuhnya pesawat apakah karena desainnya, perawatannya kurang baik, kesalahan pilot, atau lainnya.

Alvin melihat karena pesawat itu pesawat tempur, jatuhnya pesawat bisa jadi karena tertembak, kondisi alam atau cuaca buruk, dan semacamnya.

"Hal-hal seperti ini perlu menjadi pertimbangan tidak bisa dikatakan, oh ini pesawat sering jatuh," ujarnya pada Kompas.com, Rabu (8/7/2020).

Baca juga: Putus Nyambung Garuda Indonesia dan Sriwijaya Air

Punya karakter khas

Alvin mengatakan pesawat Osprey memiliki karakter khas, yaitu pesawat bisa melakukan vertical take off landing seperti helikopter.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com