PAGEBLUK Corona menggaris-bawahi gejala perubahan peradaban bahwa masa kejayaan energi minyak bumi segera berakhir di planet bumi ini.
Melemahnya industri penerbangan menyebabkan langit makin bersih sehingga energi surya bisa lebih leluasa makin berperan dalam mendukung gerak laju peradaban umat manusia.
Langit makin cerah dan jernih akibat polusi emisi energi minyak bumi yang merosot menyebabkan sel-sel pembangkit tenaga surya bisa bekerja lebih efektif dan produktif.
Konon pada April 2020, pembangkit tenaga surya Inggris mencapai 9,7 gigawat yang berarti 30 persen dari pasokan tenaga listrik dan 10 kali lipat kelaziman kerajaan Inggris.
Pasokan tenaga surya di Jerman pada April 2020 mencapai 23 persen dibanding dengan 8 persen pada April 2019.
Tidak diketahui data pasokan tenaga surya di Indonesia di kawasan tropis yang seharusnya lebih tinggi ketimbang Inggris dan Jerman yang relatif lebih kecil dalam daya penerimaan sinar matahari untuk diolah menjadi energi.
Sel pembangkit tenaga surya pertama diproduksi oleh Bell Labs di New Jersey, USA pada tahun 50an abad XX dengan kadar efisiensi hanya 6 persen yang menyebabkan harganya masih sangat mahal.
Maka, saran saya pada 90-an abad XX untuk gerakan Daya Surya Masuk Desa di Indonesia dicemooh sebagai omong kosong impian orang goblok di siang hari belaka.