Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Corona di Bangladesh Melonjak, Satu Pengungsi Rohingya Meninggal

Kompas.com - 02/06/2020, 18:10 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Bangladesh telah mencabut lockdown atau penguncian virus corona pada Minggu (31/5/2020) dengan mengizinkan jutaan orang kembali bekerja.

Namun, seiring pencabutan itu, Bangladesh mencatatkan rekor lonjakan kasus infeksi dan kematian baru akibat virus corona pada Minggu dengan 2.545 kasus baru dan 40 kematian.

"Penguncian telah dicabut dan kami hampir menuju kehidupan reguler kami," kata Juru Bicara Departemen Kesehatan Nasima Sultana, dikutip dari AFP, Minggu (31/5/2020).

Lalu lintas macet

Di ibukota Dhaka, penumpang memadati stasiun kereta api dan lalu lintas mulai terlihat macet ketika para pekerja kembali beraktivitas setelah beberapa bulan dalam penguncian yang menghancurkan ekonomi negara.

Beberapa di antaranya terlihat mengenakan sarung tangan dan masker saat menuju tempat bekerja, sementara banyak orang lainnya membentuk antrean panjang di bank dengan menjaga jarak satu meter.

"Saya mencoba menghindari kerumunan ketika saya berjalan ke kantor, tetapi jarak sosial tidak mungkin diterapkan di jalan Dhaka," kata seorang bankir, Badrul Islam.

Baca juga: Ketika Virus Corona Mulai Menginfeksi Kamp Pengungsian Rohingya di Bangladesh...

Di sebuah stasiun feri di Barisal, penumpang terlihat berdesakan saat bergegas menaiki kapal.

Pembatasan yang berlaku sejak 26 Maret secara bertahap telah berkurang dalam beberapa pekan terakhir, dengan hanya menyisakan lembaga pendidikan yang ditutup.

Kasus kematian pertama pengungsi Rohingya

Sementara itu, kasus kematian pertama di wilayah pengungsian Rohingya di Bangladesh menimpa seorang pria berusia 71 tahun.

Pejabat kesehatan senior di distrik Cox's Bazar, Toha Bhuiyan mengatakan, pria tersebut diketahui telah meninggal pada Minggu (31/5/2020) dan dikonfirmasi positif Covid-19 pada Senin (1/6/2020) malam.

Menurut Toha, pria tersebut termasuk dari 29 pengungsi Rohingya yang dites positif virus corona di kamp tersebut.

Pria itu meninggal di pusat isolasi yang dikelola oleh lembaga amal medis dan dimakamkan di kamp pada hari yang sama.

Baca juga: Indonesia Batalkan Ibadah Haji 2020, Bagaimana Kondisi Terkini di Arab Saudi?

Seorang guru di sekolah Rohingya Mohammad Shafi mengatakan, pria itu sejak lama menderita hipertensi dan masalah paru-paru.

"Tak ada yang menyangka bahwa dia terinfeksi virus corona. Kabar itu mengejutkan kami," kata Shafi, dikutip dari AFP, Selasa (2/6/2020).

"Dalam beberapa minggu banyak orang di kamp ini menderita demam, sakit kepala, dan badan merasa sakit. Tapi mereka berpikir itu hanya sakit karena perubahan cuaca. Mereka sama sekali belum dites Covid-19," sambungnya.

Kamp dengan 600.000 pengungsi

Kasus kematian itu terjadi di kamp Kutupalong, sebuah kamp pengungsian terbesar di dunia yang menampung sekitar 600.000 orang.

Hingga saat ini, negara berpenduduk 168 juta jiwa itu telah melaporkan lebih dari 60.000 kasus infeksi dengan 700 kasus kematian.

Baca juga: Ibadah Haji 2020 Dibatalkan, Ini Respons Asosiasi Penyelenggara Haji Amphuri

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com