Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

New Normal, Kekhawatiran Tenaga Medis, dan Harapan kepada Pemerintah...

Kompas.com - 19/05/2020, 17:00 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Masyarakat diminta bersiap menjalani kehidupan normal baru atau new normal di tengah situasi pandemi virus corona.

Dengan adanya new normal, berbagai kegiatan diharapkan bisa berjalan kembali meski vaksin virus corona belum ditemukan.

Pemerintah menyatakan, new normal bukan berarti pelonggaran pembatasan. Akan tetapi, masyarakat diminta tetap mematuhi protokol kesehatan untuk pencegahan penyebaran virus corona.

Namun, new normal ini justru menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat dan tenaga medis, mengingat angka kasus virus corona di Indonesia masih terus meningkat. 

Epidemiolog Dicky Budiman mengatakan, kekhawatiran itu sesuatu yang wajar dan berdasar.

Pemberlakuan new normal yang tidak disertai dengan upaya antisipatif lainnya bukan tidak mungkin akan memperparah kondisi penyebaran virus.

"Bisa terjadi klaster-klaster baru (misalnya) dari sekolah, terjadi potensi peningkatan kasus infeksi Covid-19 pada anak dan juga berpotensi menularkan ke keluarga di rumah," kata Dicky, saat dihubungi Kompas.com, Selasa (19/5/2020) pagi.

Baca juga: Kekhawatiran IDI karena Adanya Pelonggaran Pembatasan...

Kekhawatiran tenaga medis

Sementara itu, Ketua Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia  Prof. David S. Perdanakusuma membenarkan kekhawatiran itu karena melihat kondisi yang ada saat ini.

"Karena memang tugas dokter berhadapan dengan penyakit. Namun dalam kondisi tidak terkendali secara jumlah makin meningkat, obat dan vaksin belum ada, menjadikan situasi sangat mengkhawatirkan," ujar David, saat dihubungi secara terpisah, Selasa (19/5/2020).

Menurut dia, jika penularan sudah dapat dikendalikan, wabah penyakit ini bisa ditangani dengan pola penanganan yang telah dipersiapkan sebagaimana terjadi pada pasien AIDS, kanker, dan DHF.

"Jalan yang terbaik (adalah) mengubah dari tidak terkendali menjadi terkendali, memutus rantai penularan, walaupun belum ada obat dan vaksin (Covi-19) akan bisa ditangani," jelas David.

Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga ini berharap pemerintah konsisten dan fokus mengurangi laju penularan virus corona.

"Sehingga situasi tidak terkendali menjadi terkendali dan tetap membuka ruang semua elemen dapat ikut berperan serta menanggulangi berbagai aspek permasalahan yang terjadi," kata dia.

Baca juga: Hal-hal yang Harus Kita Pahami soal New Normal...

"Banyak melibatkan para akademisi untuk memikirkan dan mencari solusi yang tepat," lanjut David.

Hal yang sama juga diungkapkan Dicky yang tengah menempuh pendidikan doktoral di Griffith University, Australia.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

Tren
Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Tren
Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Tren
Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Tren
Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Tren
Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Tren
Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Tren
Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Tren
Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Tren
La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

Tren
Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Tren
Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Tren
Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Tren
Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Tren
Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com