KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 yang menyerang Indonesia selama hampir dua bulan memaksa penghentian mobilitas publik untuk mengurangi potensi infeksi.
Dampaknya, beragam aktivitas pun terpaksa harus dilakukan secara jarak jauh dari rumah masing-masing atau biasa disebut work form home (WFH).
Kegiatan-kegiatan tatap muka, seperti rapat dan pembelajaran kini mulai berpindah secara virtual melalui apilikasi video telekonferensi.
Jika diamati, sebagian besar di antara mereka menggunakan susunan buku di rak sebagai background atau latar belakang ketika sedang melangsungkan video telekonferensi.
Salah satu warganet bahkan telah mendokumentasikan beberapa tokoh yang sedang melakukan telekonferensi dengan menggunakan latar rak buku.
Baca juga: Facebook Luncurkan Messenger Rooms Saingi Zoom, Bagaimana Cara Penggunaannya?
Peran dan Fungsi Rak Buku dalam Tayangan TV Selama Masa Pandemi Corona. pic.twitter.com/Tf8yQ6MsSG
— Wisnu Prasetya Utomo (@wisnu_prasetya) May 13, 2020
Mengenai hal itu, sosiolog yang fokus pada masyarakat digital Sidiq Hari Madya menyebut penggunaan rak buku dalam video telekonferensi sebagai upaya seseorang untuk mengekspresikan identitas diri.
"Fenomena ini bisa diterjemahkan sebagai upaya mengekspresikan identitas diri yang tidak bisa dilakukan sekadar lewat representasi wajah," kata Sidiq saat dihubungi, Sabtu (16/5/2020).
Menurut Sidiq, foto atau video telekonferensi kadang bisa bercerita lebih banyak dari pada "actor in focus".
Dalam konteks WFH, ruang untuk menampilkan diri ke publik menjadi sangat terbatas, sehingga video telekonferensi menjadi media penting agar tetap bisa tampil ke publik.
Dengan penuh keterbatasannya, kehadiran background bisa digunakan sebagai media ekspresi identitas pendukung.
Baca juga: Jumlah Download Aplikasi Telekonferensi Naik Drastis dalam Sepekan
Menampilkan ke publik
Sementara pemilihan latar rak buku merupakan bagian dari agenda bagaimana suatu individu ditampilkan ke publik.
"Buku yang berjajar rapi di rak seringkali merepresentasikan si empunya sebagai kalangan penyuka buku, pembaca, pelajar, bahkan terpelajar. Identitas itu tidak bisa diceritakan dalam keterbatasan ruang virtual," jelas dia.
Dalam keterbatasan itu, Sidiq menyebut background atau latar bisa bercerita.
Senada dengan Sidiq, sosiolog Universitas Sebelas Maret Drajat Tri Kartono mengatakan penggunaan rak buku di banyak telekonferensi sebagai upaya indvidu untuk merepresentasikan diri.