KOMPAS.com - Satu bulan berlalu sejak pertama kali wabah virus corona menjangkiti Inggris. Negara ini pun telah mengalami begitu banyak perubahan.
Satu bulan yang lalu, penduduk Inggris masih menjalani hari-harinya seperti biasa. Anak-anak masih dapat pergi ke sekolah dan para pekerja berangkat ke kantornya masing-masing.
Orang-orang juga masih dapat saling berjabat tangan dan berpelukan.
Saat akhir minggu tiba, mereka dapat menjalani hobi masing-masing, berkumpul atau beribadah di gereja, masjid, dan kuil.
Semua orang dapat keluar selama yang mereka mau. Di supermarket, persediaan barang-barang masih tercukupi.
Sekarang, semuanya telah berubah.
Baca juga: Warga Diimbau Pakai Masker Saat di Kerumunan
Pada 28 Februari 2020, seorang laki-laki berkewarganegaraan Inggris yang terinfeksi virus corona di kapal Diamond Princess dikabarkan meninggal dunia.
Laki-laki ini menjadi warga Inggris pertama yang meninggal di Jepang karena Covid-19.
Perubahan yang terjadi di Inggris pun tidak berjalan mulus setelahnya. Sebaliknya, terjadi perubahan yang cenderung tiba-tiba.
Saat itu, warga Inggris sudah mulai menaruh perhatian lebih pada wabah tersebut. Namun, pemberitaan soal virus corona belum terlalu mendominasi di berbagai media lokal.
Orang-orang belum mengalami kepanikan meskipun ada rasa cemas yang muncul.
Pada 1 Maret 2020, virus telah menjangkiti empat penjuru wilayah, dari kota Inggris, Irlandia Utara, Skotlandia, hingga Wales.
Baca juga: Ketua DPRD DKI Minta Anies Jamin Kebutuhan Warga Menengah ke Bawah jika Karantina Wilayah Diterapkan
Dua hari kemudian, Perdana Menteri Boris Johnson meluncurkan rencana aksi virus corona dari pemerintah. Wabah tersebut pun dinyatakan sebagai "insiden tingkat empat".
Perdana Menteri memperingatkan bahwa kemungkinan sekolah harus ditutup dan pertemuan-pertemuan skala besar akan dibatasi.
Keesokan harinya, seorang wanita di usia 70-an yang diketahui memiliki riwayat penyakit menjadi orang pertama yang meninggal di Inggris setelah dinyatakan positif terjangkit virus corona.