Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahli Medis Soroti Rentannya Pemeriksaan Virus Corona di Indonesia, Seperti Apa?

Kompas.com - 01/02/2020, 16:45 WIB
Vina Fadhrotul Mukaromah,
Virdita Rizki Ratriani

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Para ahli medis telah menyoroti kemampuan Indonesia untuk mendeteksi virus corona Wuhan atau Novel Coronavirus. 

Hingga kini, belum ada satupun kasus yang dikonfirmasi positif virus corona di Indonesia.

The Sydney Morning Herald  dan The Age mengungkapkan bahwa laboratorium medis Indonesia memiliki kekurangan dalam kelengkapan peralatan uji yang diperlukan untuk mendeteksi virus corona Wuhan. 

Reagen khusus atau zat kimia yang digunakan dalam kelengkapan pengujian untuk membantu menganalisis dan mengidentifikasi virus tersebut belum tersedia di Indonesia. 

Mengutip The Sydney Morning Herald, reagen tersebut dijadwalkan tiba di Indonesia dalam beberapa hari ke depan. 

Sementara itu, laboratorium di Indonesia baru dapat mendeteksi adanya virus corona dalam orang yang berpotensi terinfeksi.

Padahal virus corona terbaru tersebut juga termasuk dalam keluarga virus yang menyebabkan flu biasa, MERS, hingga SARS. 

Identifikasi infeksi

Untuk mengidentifikasi sebuah infeksi virus corona yang disebut sebagai 2019-nCov, otoritas kesehatan di Indonesia harus mendeteksi virus corona pada seseorang yang kemudian diurutkan secara genetis untuk mendapatkan hasilnya.

Proses tersebut memakan waktu selama lima hingga enam hari.

Ketua Lembaga Biologi Molekular Eijkman, Profesor Amin Soebandrio mengatakan, adanya reagen tersebut dapat mempersingkat waktu dalam pengujian dan pengurutan gen untuk mendeteksi virus corona menjadi beberapa jam saja. 

Reagen tersebut dijadwalkan segera tiba di Indonesia. 

"Kami sedang berada di dalam proses untuk memperoleh kelengkapan deteksi khusus untuk novel corona virus 2019," ungkapnya sebagaimana dikutip dalam The Sydney Morning Herald.

Menurutnya, nanti tidak akan diperlukan dua langkah pemeriksaan untuk mengonfirmasi infeksi dengan adanya reagen tersebut.

Profesor Amin mengatakan, lembaganya terlibat dalam pengujian dan pengurutan gen yang tengah dilakukan. Ia mengakui adanya kemungkinan bahwa virus corona memang ada, tetapi tidak terdeteksi di Indonesia. 

"Jika ditanya kemungkinan, tentu ada kemungkinan, tetapi kita belum memiliki bukti. Saat ini, kita tidak tahu apakah virus tersebut telah masuk ke Indonesia atau belum," tambahnya.

Baca juga: Virus Corona Menewaskan 259 Orang, Apple Tutup Tokonya di China

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kebun Binatang di China Ubah Anjing Menyerupai Panda, Tuai Kecaman Pengunjung

Kebun Binatang di China Ubah Anjing Menyerupai Panda, Tuai Kecaman Pengunjung

Tren
Buntut Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Kemenhub Tuntut ASN Jaga Etika

Buntut Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Kemenhub Tuntut ASN Jaga Etika

Tren
Pekerjaan untuk Juru Parkir Liar Minimarket

Pekerjaan untuk Juru Parkir Liar Minimarket

Tren
Benarkah Kenaikan UKT Belakangan karena Campur Tangan Pemerintah?

Benarkah Kenaikan UKT Belakangan karena Campur Tangan Pemerintah?

Tren
Demonstran Israel Blokir Jalan dengan Batu, Truk Bantuan ke Gaza Tak Bisa Lewat

Demonstran Israel Blokir Jalan dengan Batu, Truk Bantuan ke Gaza Tak Bisa Lewat

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 11-12 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 11-12 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Media Asing Soroti Indonesia Vs Guinea | Ikan Tinggi Vitamin D

[POPULER TREN] Media Asing Soroti Indonesia Vs Guinea | Ikan Tinggi Vitamin D

Tren
Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Tren
Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli 'Cash', Ini Faktanya

Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli "Cash", Ini Faktanya

Tren
Pria di India Ini Memiliki Tumor Seberat 17,5 Kg, Awalnya Mengeluh Sakit Perut

Pria di India Ini Memiliki Tumor Seberat 17,5 Kg, Awalnya Mengeluh Sakit Perut

Tren
Daftar 10 Ponsel Terlaris di Dunia pada Awal 2024

Daftar 10 Ponsel Terlaris di Dunia pada Awal 2024

Tren
Ramai soal Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Ini Kata Kemenhub

Ramai soal Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Ini Kata Kemenhub

Tren
Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Tren
Warganet Sambat ke BI, Betapa Susahnya Bayar Pakai Uang Tunai di Jakarta

Warganet Sambat ke BI, Betapa Susahnya Bayar Pakai Uang Tunai di Jakarta

Tren
Daftar Bansos yang Cair Mei 2024, Ada PKH dan Bantuan Pangan Non-tunai

Daftar Bansos yang Cair Mei 2024, Ada PKH dan Bantuan Pangan Non-tunai

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com