Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal ARV, Obat yang Dapat Turunkan Kematian pada ODHA

Kompas.com - 01/12/2019, 18:36 WIB
Mela Arnani,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi


KOMPAS.com - Penyakit AIDS yang diakibatkan oleh virus HIV merupakan gangguan kesehatan yang menjadi momok bagi siapa pun.

Sejak muncul pertama kali di Indonesia pada 1987, epidemi infeksi HIV terus meningkat.

Hingga saat ini, belum ada obat yang dapat menyembuhkan virus HIV tersebut.

Untuk membantu memperlambat perkembangan virus di dalam tubuh hingga menjadi AIDS, penderita HIV biasa menggunakan terapi antiretroviral (ART).

Dengan terapi tersebut, pengidap virus dapat bertahan hidup lebih lama dan beraktivitas normal seperti orang sehat pada umumnya.

Terapi ART merupakan kombinasi beberapa obat antiretroviral untuk memberlambat HIV berkembang dan menyebar dalam tubuh.

HIV merupakan retrovirus, maka dari itu diobati dengan mengkombinasikan beberapa obat. Obat ini biasanya disebut sebagai obat antiretroviral (ARV).

Hadirnya ARV menurunkan angka kematian akibat HIV/AIDS.

Baca juga: Mengenal Gejala dan Cara Penularan HIV/AIDS...

Masuk Indonesia

ARV masuk ke Indonesia sejak 1997. Kendati demikian, pemerintah mulai menyediakan obat ARV secara gratis di akhir tahun 2014.

Sebelum ada ARV, Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) yang terinfeksi oportunistik atau HIV berat umumnya hanya mampu bertahan hidup selama 6 bulan hingga 2 tahun.

Manfaat ARV terhadap penderita HIV mulai terlihat.

ODHA yang mendapatkan terapi ARV dalam keadaan sehat, produktif, hingga berkeluarga.

Dilansir dari WHO, seorang pengidap HIV yang mengonsumsi ART secara efektif, risiko penularan ke padangan seksual yang tidak teinfeksi dapat berkurang hingga 96 persen.

WHO pun merekomendasikan, seorang yang hidup dengan HIV di tubuhnya, harus mendapatkan ART agar memperpanjang harapan hidup dan secara signifikan mengurangi penularan HIV.

Baca juga: Jangan Salah Memahami, Ini Beda HIV dan AIDS

Mengenal HIV

Virus HIV menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan melemahkan sistem pertahanan manusia terhadap infeksi dan beberapa jenis kaner.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com